Kepala Medis untuk COVID-19 CDC, Dr. John Brooks seperti dilansir Livescience, Rabu, mengatakan tes PCR maupun antigen bisa dilakukan dalam hal ini.
Lebih lanjut, orang bisa mendapatkan tes diagnostik hingga 48 jam sebelum hari ketujuh atau sedini mungkin pada hari ke-5. Jika hasil tes negatif datang dengan cepat, mereka harus tetap di karantina sampai hari ke-7.
Tetapi, jika hasil tes datang lebih lambat dari hari ke-7, mereka harus menunggu untuk bisa keluar dari karantina sampai mendapatkan hasilnya.
"Bahkan setelah keluar dari karantina lebih awal, orang masih harus memperhatikan gejala selama ... 14 hari penuh setelah terpapar," kata Dr. Henry Walke, dari CDC.
Baca juga: Kelelahan terus menerus pertanda COVID-19?
Menurut dia, tak hanya CDC tetapi berbagai studi menunjukkan, karantina yang lebih pendek masih dapat secara signifikan mengurangi infeksi sambil memungkinkan lebih banyak orang untuk mengikuti pedoman kesehatan.
Rekomendasi ini memang masih bisa membawa risiko (menyebarkan virus) tetapi skalanya sangat kecil yakni 1 persen. Sementara seseorang yang keluar dari karantina dengan hasil tes negatif pada hari ke-7, risikonya menyebarkan virus sekitar 5 persen.
Walau begitu, CDC menyarankan mereka yang keluar dari karantina untuk terus melakukan tindakan pencegahan COVID-19 yakni mendeteksi gejala, menjaga jarak sosial dan memakai masker.
Menurut Brooks, karantina 14 hari dapat menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi mereka yang tidak dapat bekerja selama waktu itu. Oleh karena itu, rekomendasi karantina yang lebih pendek kemungkinan akan meningkatkan kepatuhan.
Sementara itu, bagi orang yang positif COVID-19, rekomendasi karantina untuk orang yang dites positif COVID-19 tidak berubah.
Lalu apa rekomendasi untuk liburan akhir tahun ini? "Yang paling aman adalah menunda perjalanan liburan dan tinggal di rumah," tutur Friedman.
Namun, bagi mereka yang bepergian, sebaiknya lakukan tes COVID-19 satu hingga tiga hari sebelum perjalanan, kemudian lakukan tes lagi pada tiga hingga lima hari setelah tiba di tujuan. Setelah kembali ke rumah, mereka harus melacak gejala selama dua minggu.
Baca juga: Orang tanpa gejala COVID-19 justru paling banyak tularkan virus
Baca juga: Beda COVID-19 dan penyakit paru obstruktif kronik
Baca juga: Demam dengue atau COVID-19, kenali beda gejalanya
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020