"Guru PAI perlu secara optimal memainkan peranan strategisnya, termasuk dalam membina aktivitas keagamaan dan menguatkan moderasi beragama para siswa," kata Menag Fachrul kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Ia menekankan pentingnya peran guru yang bisa menjadi pintu masuk ekstremisme beragama di sekolah jika tidak dikelola secara baik. Alasannya guru adalah pemegang peran terpenting dalam proses transformasi pengetahuan di sekolah.
Maka dari itu, Menag mengajak guru agama untuk dapat mendorong terciptanya suasana pendidikan yang kondusif dan mendorong siswanya mampu berpikiran moderat.
Tidak kalah penting, Fachrul mengingatkan terdapat celah dalam jalur organisasi siswa ekstrakurikuler keagamaan yang bisa disusupi paham ekstrem.
Untuk itu, dia meminta setiap pihak untuk dapat turut serta dalam mengawal jalur organisasi siswa ekstrakurikuler bidang keagamaan yang mengambil pola mentoring dengan pelibatan aktor yang memiliki ikatan atau jaringan yang memiliki pemahaman keagamaan ekstrem.
Selain itu, Menag mengatakan kurikulum pendidikan di sekolah dapat menjadi pintu masuknya pemahaman ekstrem beragama. Alasannya kurikulum menjadi acuan/rujukan para guru dalam menyampaikan pemahamannya, termasuk kurikulum pendidikan agama.
"Meski, tidak selalu pintu masuk pemikiran ekstrem ini melalui kurikulum pendidikan agama, karena bisa saja disisipkan melalui mata pelajaran umum," kata dia.
Terkait kurikulum, dia mengatakan Kementerian Agama bermitra dengan Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbud dalam meninjau kurikulum pendidikan agama. Saat ini, Kemenag telah menerbitkan 12 buku Pendidikan Agama Islam dengan muatan moderasi.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020