Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi menyatakan bahwa hasil uji coba produksi garam tanpa lahan dengan memanfaatkan air buangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan keluar akhir tahun ini.Desember ini kita akan lihat hasilnya. Kita harapkan ini berjalan sukses sehingga kita bisa ambil contoh PLTU tahun depan dan mengimplementasikan di PLTU lain
Dengan rampungnya uji coba pengembangan produksi garam tahun ini, maka diharapkan proyek percontohan di PLTU bisa dilakukan tahun depan untuk kemudian diimplementasikan di sejumlah PLTU lainnya sebagai upaya mengurangi ketergantungan garam impor.
"Desember ini kita akan lihat hasilnya. Kita harapkan ini berjalan sukses sehingga kita bisa ambil contoh PLTU tahun depan dan mengimplementasikan di PLTU lain," kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Kemaritiman dan Investasi Safri Burhanuddin dalam webinar bertajuk "Mampukan Indonesia Swasembada Garam", Kamis.
Baca juga: Presiden catat dua masalah utama dalam industri garam rakyat
Safri menjelaskan pengembangan garam industri dengan memanfaatkan air buangan PLTU merupakan solusi brilian untuk memproduksi garam tanpa lahan. Pasalnya, jika menggunakan cara biasa dengan luas lahan mencapai 35 ribu hektare, termasuk upaya ekstensifikasi, produksi garam dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan.
"Kalau dengan produksi normal, kita belum mampu menghasilkan swasembada garam sehingga kita perlu terobosan. Terobosan ini dilakukan melalui bagaimana kita memanfaatkan industri garam tanpa lahan," katanya.
Safri menjelaskan PLTU menggunakan air laut sebagai pendingin mesin yang kemudian menghasilkan air tua. Air tua itu, kemudian dikonsentrasikan menjadi garam dengan kapasitas besar. Total potensi garam yang bisa diproduksi dari PLTU di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur bahkan disebutnya mencapai 2,5 juta ton.
Baca juga: Kemenperin petakan strategi tingkatkan produksi garam lokal
"Itu setara dengan kita memiliki lahan 20 ribu hektare lahan garam dan ini hanya ada di PLTU-PLTU," katanya.
Kendati diakui ongkos produksi garam dengan metode tersebut masih cukup mahal, namun menurut Safri air buangan PLTU yang juga bisa dimanfaatkan menjadi air mineral akan bisa menutup biaya produksi.
"Memang dari segi ongkos masih relatif mahal, tapi dengan memanfaatkan air garamnya dan keluar air mineralnya, mudah-mudahan bisa menutup cost," pungkas Safri.
Baca juga: Pemerintah perlu perbanyak serapan produksi garam rakyat
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020