"Daerah rawan pangan di Aceh ini memang kita prioritaskan. Ini memang daerah-daerah terpencil," kata Kepala Dinas Pangan Aceh Cut Yusminar di Kota Banda Aceh, Jumat.
Ia menjelaskan sejumlah daerah rawan pangan tersebut dilihat berdasarkan tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging yang masih sangat rendah, sehingga membutuhkan penanganan khusus untuk perbaikannya.
Kemudian, kata dia, daerah rawan pangan itu juga dilihat karena masih banyak warga miskin, desa yang jauh dari perkotaan, sekaligus masih tingginya angka gagal pertumbuhan pada anak atau stunting di setiap desa.
"Daerah stunting juga menjadi fokus kita agar kedepan angkanya bisa turun. Data nasional stunting di Aceh tinggi juga sekitar 30 persen lebih, jadi kita berupaya untuk menurunkan melalui program ini," katanya.
Cut mengatakan daerah yang menjadi rawan pangan itu mendapat bantuan ternak dari pemerintah, baik bantuan ternak kambing maupun sapi atau budidaya ternak lain, sesuai dengan potensi dari desa di setiap desa.
"Jadi daerah rawan pangan ini kita beri bantuan kambing atau sapi di gampong itu untuk diternakkan. Kita sudah ada data kelompok penerimanya dan setiap tahun kita evaluasi," katanya
Apakah setelah diberi bantuan ternak tersebut terdapat peningkatan ekonomi, angka stunting turun, atau sebaliknya warga bertambah miskin. Jadi tahun ini kita sedang evaluasi, semua pendamping kita panggil untuk evaluasi, katanya lagi.
Sejumlah daerah rawan pangan seperti semua kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil yakni Pulau Banyak, Pulau Banyak Barat, Kuala Baru, Simpang Kanan, Suro, Singkohor, Kota Baharu, Singkil, Singkil Utara, Gunung Meriah dan Danai Paris.
Kemudian Kabupaten Aceh Tengah yakni Kecamatan Linge, Atu Lintang, Jagong Jeget, Bies, Kute Panang, Ketol dan Celala. Selanjutnya Aceh Selatan yaitu Kecamatan Bakongan dan Tapaktuan.
Lanjut dia, Kecamatan Panton Reu di Aceh Barat, Kecamatan Mesjid Raya di Aceh Besar, Kecamatan Kota Sigli di Pidie, Kecamatan Rikip Gaib dan Tripe Jaya di Gayo Lues.
Kecamatan Bener Meriah, Wih Pesam, Bandar, dan Permata di Bener Meriah, serta Kecamatan Simpang Kiri dan Rundeng di Kota Subulussalam.
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020