Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN, Alex Denni, saat membuka ajang VVF 2020 mengatakan pandemi COVID-19 telah mengakibatkan dampak yang masif bagi industri kreatif dan fim. “Inisiatif Vital Voices Festival 2020 yang digagas Perum PFN merupakan salah satu wujud bahu-membahunya kita dalam membantu industri kreatif dan perfilman Indonesi untuk bangkit,”kata Alex Denni.
Menurut dia, agar bisa bangkit dari situasi itu, memang diperlukan kerja sama semua pihak, gotong-royong, saling memperkuat, dan berbagai informasi satu dengan yang lain.
VVF 2020 merupakan rangkaian festival industri kreatif dan film yang diinisiasi atas kerja sama Perusahaan Umum Produksi Film Negara (Perum PFN) dan PT Telkom di bawah binaan dua kementerian yakni Kementerian BUMN dan Kementerian Tenaga Kerja.
VVF tahun ini mengangkat tema Peran Perempuan Dalam Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Industri Kreatif dan Film.
Sebanyak 13 tema talkshow, 14 pelatihan, 16 layar bioskop rakyat, dan pameran selama 30 hari digelar untuk memperkuat tema tersebut.
Dua BUMN itu bersinergi menayangkan secara online (virtual) semua kegiatan VVF 2020 menggunakan aplikasi CloudX yang merupakan paket aplikasi yang dapat digunakan oleh pelanggan telkomsel (dan corporat paid) untuk melakukan virtual meeting yang dikembangkan oleh Telkomsel.
Selain itu, juga sinergi untuk menggunakan platform MAXstream untuk penayangan program bioskop rakyat melalui aplikasi video yang menampilkan ribuan film dan serial TV dari MAXstream Original, HBO GO, iflix, MyPlay, NOMO, Starvision, Sushiroll, Vidio, VIU, dan sebagainya.
Vital Voices Festival didukung oleh sinergi BUMN antara lain Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Pupuk Indonesia Holding Company, PT Pertamina, Pegadaian, Perum Bulog, Semen Indonesia Group, Telkomsel, Asuransi Jamkrindo, Asuransi Askrindo, dan RNI.
Selain itu juga didukung oleh PT PNM, PT HIN, PT Jasindo, LinkAja, Metro TV, Rapel, Jamu Jago, Merah putih Coffee, Kopi Tanah Air Kita dan PAFINDO, LKBN Antara, PT.PAL, PT Jasa Raharja, Perum Jasa Tirta II, Sarinah, BBPLK Bekasi Kemnaker, Water and Renewable Energy Learning Centre Perum Jasa Tirta II, Binus University, Politeknik Gajah Tunggal, London School of Public Relation, SINEMATEK, DFI, Viu Indonesia, MURI, LSF, PT. Paragon Technology & Innovation, Agradaya, dan Fingram.
Direktur Utama Perum PFN, Judith J Dipodiputro, mengatakan program Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak COVID-19 terhadap perekonomian.
“Selain penanganan krisis kesehatan, pemerintah juga menjalankan Program PEN sebagai respon upaya untuk memberikan stimulus ekonomi di berbagai bidang, termasuk di sektor industri kreatif,” katanya.
Menurut Judith, kebutuhan tenaga kerja di sektor industri kreatif diproyeksikan akan naik hingga melampaui delapan persen sampai 2035.
Jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif di Indonesia akan cukup besar jika dibandingkan negara-negara lain.
Sebagai pembanding di Indonesia ada 14 persen tenaga kerja ekonomi kreatif, sementara di Asia Pasifik ada 43 persen, Eropa 26 persen, Amerika Utara 16 persen, Amerika Latin 7 persen, Afrika dan Timur Tengah sebesar 8 persen.
“Terlebih di era industri 4.0, di mana sektor industri dituntut untuk memanfaatkan teknologi canggih atau digitalisasi sehingga bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas produk secara lebih efisien,” katanya.
Karena itu, tambahnya, agar meningkatkan “demand” dan pertumbuhan ekonomi terutama di bidang industri kreatif di tengah pandemi COVID-19 diperlukan upaya sinergi melibatkan seluruh stakeholder terkait.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020