• Beranda
  • Berita
  • "Samjin Company English Class", bicarakan kesetaraan dengan ringan

"Samjin Company English Class", bicarakan kesetaraan dengan ringan

6 Desember 2020 09:00 WIB
"Samjin Company English Class", bicarakan kesetaraan dengan ringan
"Samjin Company English Class" (2020). (ANTARA/HO)
"Samjin Company English Class" merupakan film yang mengambil latar di pertengahan 90-an di Korea Selatan yang berfokus pada tiga serangkai yang bekerja di sebuah perusahaan teknologi, Samjin Electronics.

Ketiga wanita muda tersebut adalah Ja-young (Go Ah-sung), Yu-nah (Esom), dan Bo-ram (Park Hye-su). Tak hanya bekerja di kantor yang sama, ketiga sahabat itu juga memiliki latar belakang pendidikan yang sama -- yaitu lulusan SMA.

Sebagai seorang lulusan SMA yang bekerja di sebuah perusahaan terkenal, tentu tak mengherankan bagi ketiganya menginginkan karir yang lebih terjamin, alih-alih hanya mengerjakan tugas-tugas ringan di kantor, hanya karena mereka bukan merupakan sarjana.

Tak lama, Samjin Electronics membuka program Bahasa Inggris bagi karyawan lulusan SMA agar dapat mengikuti ujian TOEIC. Jika mereka mendapatkan nilai yang tinggi, mereka bisa dipertimbangkan untuk menerima promosi selayaknya para lulusan perguruan tinggi.
 
"Samjin Company English Class" (2020). (ANTARA/HO)


Baca juga: Gandeng CJ ENM, film-film Korea Selatan tayang di GoPlay

Baca juga: Film thriller Korea Selatan "#Alive" terpopuler di dunia versi Netflix


Di tengah kesibukan bekerja dan belajar, Ja-young diberikan tugas oleh kantornya untuk suatu keperluan di pabrik.

Saat hendak pulang dari dinasnya, ia secara kebetulan menyaksikan air limbah pabriknya dituangkan ke sungai dan mencemari lingkungan sekitarnya dengan kandungan bahan kimia berbahaya bagi makhluk hidup.

Ja-young berusaha melaporkan hal tersebut kepada atasannya, namun tidak ada pergerakan yang berarti. Ia kemudian memutuskan untuk mencari tahu mengapa perusahaannya sangat tertutup dengan hal tersebut, padahal secara gamblang penduduk sekitar terdampak negatif dari polusi itu.

Bersama Yu-nah dan Bo-ram, ketiganya mencari bukti yang tak terbantahkan, namun mereka hampir dipecat oleh perusahaan yang mencoba menutupi korupsi.

Ketika rumor aksi pemberontak trio itu beredar, mereka benar-benar dijauhi oleh semua orang di sana. Tetapi para pekerja wanita dari kelas yang sama, menggabungkan kekuatan untuk mendorong kasus ini ke babak baru.
 
"Samjin Company English Class" (2020). (ANTARA/HO)


Film dibuka dengan perkenalan tiga lakon utama dengan gaya retro yang khas dengan warna hingga gaya berbusananya. Penonton dengan segera dibukakan pintunya menuju Korea Selatan era pertengahan era 90-an.

Pada era tersebut di Korea Selatan, terdapat diskriminasi yang cukup kentara secara gender maupun akademis -- dimana wanita dianggap "tidak berharga lagi" bila memilih menikah dan memiliki anak, walaupun memiliki karir yang bagus.

Pun dengan lulusan SMA, terutama bagi wanita. Mereka harus mengenakan seragam tertentu, dan mengerjakan tugas ringan seperti membuat kopi dan mengirim faks.

Terdapat beberapa adegan yang menggelitik sekaligus menggugah pikiran dan emosi penonton mengenai kesenjangan yang terjadi di dunia kerja Korea Selatan kala itu.

Kebanyakan masukan dan pendapat mereka untuk perusahaan juga dianggap remeh karena tingkat pendidikannya, bahkan untuk masalah seserius pencemaran lingkungan karena limbah kimia yang berlebihan.
 
"Samjin Company English Class" (2020). (ANTARA/HO)


Baca juga: "Haeundae" drama tentang menyelamatkan diri dari tsunami

Baca juga: Park Chan-wook main film lagi lewat "Decision to Leave"


Rasa "gemas" yang menghampiri penonton pun seakan diwakili dengan baik oleh trio Ja-young, Yu-nah, dan Bo-ram. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, kejujuran, dan ikatan yang terjalin, membuat film ini memiliki dinamika dan sentilan yang jenaka namun kuat.

Dinamika antara ketiga sahabat dan lingkungan pekerjaan mereka pun menarik untuk diikuti. Bagaimana Ja-young yang bersemangat, Yu-nah yang tegas, dan Bo-ram yang jenius namun pemalu, menjadi kombinasi segar untuk mengisahkan topik berat mengenai kesetaraan dan korupsi.

Selain penokohan yang lekat, penonton juga dimanjakan dengan visual ala 90an yang cantik dan khas dengan warna-warna hangatnya - yang didominasi dengan warna jingga, kuning, dan cokelat yang menimbulkan kedekatan dengan era tersebut.

Bicara soal kedekatan, terdapat hal-hal yang rasanya masih relevan dengan kehidupan sekarang ini. Membicarakan soal kesenjangan gender, akademis, dan sosial seakan tak ada habisnya meski tahun silih berganti.
 
"Samjin Company English Class" (2020). (ANTARA/HO)


Film ini bisa menjadi sebuah diskusi, bahkan renungan yang menyenangkan dengan sentuhan humor dan gaya bertutur yang ringan. Cerita dan para pemerannya terus tumbuh dan berkembang dengan cara yang selalu terasa hidup dan dekat.

Sutradara Lee Jong-pil mengatakan, ia ingin cerita dari karyawan seperti trio protagonisnya ini untuk disuarakan, mengingat sedikitnya apresiasi dan perhatian yang mereka peroleh.

"Kita mungkin berpikir bahwa melakukan apa yang seharusnya kita lakukan adalah cara berpikir universal, tetapi meskipun pekerjaan mereka tidak dimasukkan dalam buku sejarah atau bahkan cukup layak untuk dijadikan biografi, itu adalah cerminan dari kehidupan kita sehari-hari," tulis Lee melalui keterangannya.

Perjalanan ketiga sahabat dan kawan-kawan lain di Samjin sekaligus salah satu film terlaris di Korea pada 2020 ini dapat disaksikan di jaringan bioskop CGV mulai tanggal 7 Desember.

Baca juga: Rekomendasi enam film Korea pemuas hati untuk hiburan akhir pekan

Baca juga: Alasan Park Shin-hye dipilih untuk film "The Call"

Baca juga: Tujuh tayangan Korea yang bisa dinikmati hingga awal 2021

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020