"Misalnya gen penyandi phytoenesynthase (Psy) yang terlibat dalam biosintesis beta karoten pada ubi kayu sudah diidentifikasi dan sudah di-sequence untuk konfirmasinya," kata peneliti pada puslit Biotekologi LIPI Prof Dr. Enny Sudarmonowati yang baru saja dikukuhkan sebagai profesor riset oleh LIPI di Jakarta, Senin.
Gen yang diperoleh ini akan diintroduksi kembali ke tanaman ubi kayu melalui transformasi genetik yang tekniknya telah dikuasai sehingga diharapkan tidak lagi mengalami kesulitan di masa datang, ujar Enny.
Beta karoten yang diduga berkorelasi dengan ketahanan terhadap kekeringan, ujarnya, sudah bisa ditingkatkan dalam penelitian tersebut.
Upaya menghasilkan ubi kayu yang mengandung kadar amilosa lebih tinggi juga sedang dilakukan, ujar Enny , bahkan upaya untuk menghasilkan ubi kayu dengan amilosa lebih rendah sudah sampai di lapang uji terbatas hingga generasi kelima dan merupakan riset ubi kayu transgenik pertama di dunia untuk varietas Indonesia.
Amilosa merupakan komponen pati selain amilopektin yang komposisinya secara alami adalah 20 persen untuk amilosa dan 80 persen untuk amilopektin.
"Amilosa jika dikurangi persentasenya akan semakin baik bagi pengolahan pada industri kertas dan tekstil karena pengolahannya menjadi lebih mudah. Di LIPI sudah terbukti kandungan amilosanya bisa dikurangi jadi hanya dua hingga tiga persen dari yang alaminya 20 persen dengan cara transgenik ini," katanya.
Sedangkan kadar amilosa tinggi (amilopektin rendah) diperlukan untuk industri pangan, khususnya makanan bagi orang yang memiliki masalah dengan pencernaan dan untuk obat-obatan pada industri farmasi, tambahnya.
Penelitian bioteknologi untuk pasca panen ubi kayu menurut dia juga sudah dilakukan, seperti untuk meningkatkan masa simpannya setelah panen dari lima hari ditingkatkan menjadi 12 hari.
Selain itu biofortifikasi (menambahkan zat gizi pada tanaman) juga sudah dilakukan terhadap singkong ini seperti memasukkan zat besi dan seng, tambah Enny.
(D009/A011)
Pewarta: handr
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010