"Kami selalu menampilkan 'The Crown' sebagai sebuah drama dan kami sangat yakin pelanggan kami memahami bahwa ini adalah karya fiksi yang secara luas didasarkan pada peristiwa sejarah," ujar juru bicara Netflix dilansir The Hollywood Reporter, Senin.
"Oleh karenanya, kami tidak memiliki rencana dan tidak perlu untuk menambahkan sebuah pernyataan peringatan untuk publik," lanjut juru bicara itu.
Baca juga: Adik Puteri Diana ingatkan penonton serial "The Crown" cuma fiksi
Tanggapan Netflix tersebut datang tak lama setelah sekretaris budaya Inggris Oliver Dowden meminta kepada layanan streaming film itu untuk menambahkan "peringatan kesehatan" yang menjelaskan bahwa itu adalah sebuah drama.
Sementara itu, Helena Bonham Carter, yang telah memerankan Putri Margaret di musim tiga dan empat juga angkat bicara di tengah protes yang mengatakan bahwa produser memiliki tanggung jawab moral untuk mengingatkan pemirsa bahwa acara tersebut "didramatisasi".
"Saya merasa sangat yakin, karena saya pikir kami memiliki tanggung jawab moral untuk mengatakan, 'Tunggu teman-teman, ini bukan ... ini bukan doku-drama, kami membuat drama'. Jadi mereka adalah dua entitas yang berbeda," kata Bonham
Serial "The Crown" yang bercerita tentang keluarga kerajaan Inggris pertama kali tayang pada 2016, namun baru pada musim keempat menimbulkan kontroversi yang paling banyak. Hal ini disebabkan oleh penggambaran tentang pernikahan dan perceraian Pangeran Charles dan Putri Diana.
Mantan sekretaris pers Istana Buckingham mengecam pertunjukan itu karena menampilkan Pangeran Charles sebagai "penjahat".
Baca juga: Enam momen menarik dari serial "The Crown"
Baca juga: Inggris ingin Netflix perjelas "The Crown" adalah karya fiksi
Baca juga: "The Crown" bikin pencarian baju Putri Diana di eBay melonjak
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020