Porsi kredit korporasi BNI sebesar 53 persen terhadap total kredit keseluruhan
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk optimistis penyaluran kredit korporasi terus tumbuh hingga tutup tahun 2020 karena fokus kepada sektor usaha yang relatif tidak terkena dampak pandemi di antaranya yang berorientasi ekspor dan padat karya.
“Porsi kredit korporasi BNI sebesar 53 persen terhadap total kredit keseluruhan. Ke depannya, BNI akan menargetkan korporasi top tier,” kata Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir di Jakarta, Senin.
Ia yakin bank BUMN ini berpotensi tumbuh di tengah risiko tekanan dan kontraksi ekonomi dengan segmentasi kredit korporasi BNI yang diperkirakan tumbuh 4-5 persen adalah kredit modal kerja dan investasi.
Sementara itu, lanjut dia, untuk kredit sindikasi, kontribusinya terhadap portofolio sampai Oktober 2020 mencapai 17 persen dari keseluruhan realisasi kredit korporasi. “Di tengah pandemi BNI optimis hingga akhir tahun kontribusi sindikasi bisa sama dengan tahun lalu yaitu sebesar 20 persen," ujar Silvano.
Sedangkan hingga akhir 2020, pertumbuhan kredit keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 2-4 persen secara tahunan (yoy).
Silvano menambahkan tahun ini BNI juga telah menyalurkan kredit pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk korporasi sebesar Rp3,7 triliun atau 15 persen dari total kredit yang disalurkan.
Adapun untuk tahun ini, beberapa sektor korporasi masih relatif baik di tengah pandemi seperti komoditas pertambangan, sektor makanan dan minuman.
“Barang-barang yang affordable di market dan dikonsumsi khalayak. Food and beverage dan konsumer, pertambangan, komoditas yang kami lihat demandnya cukup sehat,” katanya.
Silvano juga menyebutkan dengan kolaborasi kebijakan pemerintah, OJK, dan Bank Indonesia harapan ekonomi tumbuh pada 2021 semakin besar.
Tahun depan pihaknya akan fokus pada sektor-sektor yang akan mengalami pemulihan di antaranya pertanian, informasi, komunikasi, jasa, kesehatan, kegiatan sosial dan jasa pendidikan sudah menunjukkan pemulihan di kuartal III-2020.
Selain itu, sektor perdagangan, transportasi, pergudangan, makanan dan minuman juga diperkirakan akan pulih lebih cepat seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan adanya vaksin.
“Dengan begitu, juga dengan sektor-sektor yang lain seperti pengolahan, manufaktur, kalau latar belakang tadi bisa terjadi, sektor yang tadi bisa bergerak bertumbuh sesuai dengan permintaan masyarakat,” katanya.
Silvano menegaskan Indonesia masih memiliki potensi besar dengan berbagai sektor unggulan yang tidak dimiliki negara lain.
Namun tetap dibutuhkan kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi ini, agar ketika krisis berakhir segmen korporasi bisa pulih lebih cepat karena multiplier effectnya sangat besar.
“Perbaikan sektor korporasi akan berpengaruh ke segmen lainnya, bukan cuma sesama korporasi tetapi segmen consumer dan ritel,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, kebijakan BI dan OJK sepanjang pandemi pun sangat membantu seperti perpanjangan restrukturisasi kredit.
Berdasarkan survei yang dilakukan secara internal, kata dia, sebagian besar debitur mengaku butuh waktu untuk bisa memperbaiki kondisi bisnis akibat pandemi.
Alhasil, lanjut dia, upaya regulator untuk membantu perbankan dan pelaku bisnis, dampaknya bisa dirasakan.
“Sejalan dengan restrukturisasi dan sebagaimana strategi di tengah pandemi kami ambil langkah pre emptif pencadangan aset. Sehingga rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio BNI hingga kuartal III-2020 berada di level di atas 200 persen,” katanya.
Baca juga: BNI genjot transformasi jadi pemain global
Baca juga: BNI catat transaksi isi ulang uang elektronik melonjak saat pandemi
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020