“Program dan kegiatan yang telah diterapkan, antara lain pengembangan material center di Jepara, pengembangan sentra, pengembangan desain produk, program link and match dan pemberdayaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) kayu di sentra furnitur,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan pengembangan material center di Jepara merupakan salah satu program untuk menjaga ketersediaan bahan baku dan bahan pendukung serta memfasilitasi mesin terbaru untuk para IKM furnitur di sentra.
Baca juga: Kemenperin jaga pasar ekspor IKM furnitur dan kerajinan
“Material center ini juga didukung dengan pemakaian sistem informasi yang terintegrasi secara online sehingga IKM dapat memonitor pemesanannya secara real time melalui aplikasi,” tutur Gati melalui keterangan tertulis.
Program material center di Jepara, lanjutnya, akan menjadi model bagi pengembangan material center di daerah lain.
Gati mengungkapkan Kemenperin juga mempunyai UPT kayu maupun rotan di sentra furnitur yang dapat membantu pelaku IKM dalam hal pemanfaatan mesin produksi.
“Dalam meningkatkan kemampuan UPT, kami telah memfasilitasi mesin dan peralatan dengan teknologi terbaru serta peningkatan kualitas SDM di UPT dengan sertifikasi tenaga kerja dalam bidang pembahanan dan finishing produk,” katanya.
Baca juga: Kemenperin bangun pusat bahan baku IKM furnitur di Jepara
Selain fokus menembus kancah internasional, Kemenperin juga mendorong pelaku IKM furnitur merebut peluang besar di pasar domestik.
Untuk itu, kata Gati, Kemenperin memfasilitasi kerja sama melalui program link and match dengan beberapa e-commerce furnitur di Indonesia seperti fabelio.com dan isiruma.com.
“Melalui program ini, diharapkan pelaku IKM furnitur mendapatkan akses untuk mempelajari tren produk dan meningkatkan pemasaran produk,” ujarnya.
Untuk promosi, kata Gati, Kemenperin memfasilitasi IKM dalam pameran bertaraf internasional seperti Indonesia International Furniture Expo (IFEX), Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA), serta Furniture Virtual Expo.
“Pameran menjadi sangat penting bagi industri furnitur mengingat media ini merupakan proporsi terbesar dalam mendapatkan buyer baru,” ujar Gati.
Ia menegaskan untuk memajukan industri furnitur Indonesia tidak hanya kewajiban pemerintah. Semua pihak yang dapat membantu kemajuan industri dari hulu ke hilir, lanjut dia, harus punya komitmen yang sama.
Kemenperin mencatat kinerja industri furnitur terlihat dari capaian nilai ekspornya pada tahun 2019 sebesar 1,95 miliar dolar AS atau naik 14,6 persen dari tahun 2018 yang teratat di angka 1,69 miliar dolar. Adapun negara tujuan utama sebanyak 50 persen adalah ke pasar Amerika Serikat. Berikutnya, Jepang (8 persen), Belanda (5 persen), Jerman (4 persen), dan Inggris (3 persen).
Sepanjang kuartal II tahun 2020, ekspor furnitur Indonesia menembus angka 1,04 miliar dolar dan diperkirakan bisa mencapai 2 miliar dolar hingga akhir tahun ini.
“Jika dilihat dari posisi ekspor furnitur dunia, Indonesia berada pada posisi ke-26 dan di Asia menduduki posisi ke-5 setelah China, Vietnam, Malaysia dan Taiwan, sehingga perlu terus didorong dengan terobosan-terobosan untuk meningkatkan daya saing produk furnitur nasional,” pungkas Gati.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020