"Dalam laporan tersebut, terjadi kenaikan paling tajam sejak Juli 2012 terutama pada indeks harga minyak nabati, harga gula, harga sereal dan komoditas pangan lainnya yang berdampak memberikan tekanan ekstra kepada berbagai negara, khususnya negara yang sangat membutuhkan bantuan pangan dari luar untuk rakyat mereka," kata Johan Rosihan dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, Johan mengingatkan pemerintah agar cepat tanggap untuk memperbaiki ketahanan pangan nasional agar tidak terpengaruh signifikan terhadap eskalasi harga pangan dunia.
Ia mengutarakan harapannya agar fenomena kenaikan harga pangan global saat ini bisa segera direspons oleh pemerintah dengan cara menyiapkan strategi khusus memperkuat ketahanan pangan nasional berbasis produksi dalam negeri.
"Basis ketahanan pangan dari produksi dalam negeri ini harus digarisbawahi oleh pemerintah karena saat ini indeks ketahanan pangan kita sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh kegiatan impor pangan," paparnya.
Baca juga: Indeks harga pangan dunia capai angka tertinggi dalam 6 tahun
Johan juga mengemukakan agar kebijakan yang ada lebih cermat mengelola komoditas pangan strategis yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak agar tidak mengalami lonjakan harga yang signifikan.
Ia menyatakan, manajemen harga dan stok pangan harus dikelola secara serius dan professional karena persoalan pangan sangat berpengaruh terhadap stabilitas nasional.
Selanjutnya Johan berpandangan, kenaikan harga pangan saat ini semestinya dapat dijadikan momentum kebangkitan bagi kemandirian dan kedaulatan pangan nasional.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan FAO mengapresiasi upaya ketahanan pangan yang dilakukan Indonesia dan menilai bahwa upaya tersebut dalam jalur yang benar.
Mentan mengatakan bahwa apresiasi tersebut disampaikan oleh FAO pada Konferensi Regional Asia Pasifik (APRC) FAO ke-35 terkait upaya ketahanan pangan yang disiapkan oleh setiap negara.
"FAO mengapresiasi bahwa Indonesia pada track yang benar untuk mempersiapkan ketahanan pangan," kata Mentan Syahrul dalam diskusi virtual yang diselenggarakan BNPB, Senin (9/11).
Mentan memaparkan bahwa dalam pertemuan tersebut, Indonesia telah sepakat untuk tidak melakukan pembatasan ekspor komoditas pangan agar dapat saling menunjang ketahanan pangan, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Baca juga: Apresiasi bagi "Pahlawan Pangan" saat krisis kesehatan global
Dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional, Mentan syahrul menyebutkan sektor pertanian berhasil menjaga ketersediaan beras dengan produksi musim tanam 2019-2020 yang menghasilkan 31 juta ton beras, termasuk surplus beras hingga akhir tahun mencapai 7 juta ton.
Kementan juga melakukan percepatan tanam pada Oktober 2020-Maret 2021 yang diperkirakan menghasilkan tambahan 17 juta ton setara beras.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020