"Itu hanya memakan waktu kurang dari tiga menit ya langsung ketahuan positif atau negatifnya," kata Menristek Bambang dalam acara virtual, di Jakarta, Selasa.
GeNose bisa menjadi pilihan untuk deteksi COVID-19 terutama bagi mereka yang kurang nyaman dengan deteksi COVID-19 melalui darah seperti pada alat tes cepat dan spesimen pada uji usap antigen.
Baca juga: Menristek: Inovasi sebagai solusi terhadap ketergantungan impor
"Yang paling penting hanya menggunakan hembusan napas karena kalau antigen banyak orang yang sering mengeluh wah hidung saya baru dicolok," ujarnya.
Menristek Bambang menuturkan saat ini GeNose sedang dalam proses validasi terutama untuk melihat akurasinya.
GeNose diperkirakan memiliki akurasi 95 persen dalam mendeteksi COVID-19.
"Hasilnya cukup cepat dan saat ini sedang divalidasi akurasinya perkiraannya dari validasi yang dilakukan lebih dari 1.000 pasien itu mencapai 95 persen, jadi sangat tinggi dan sangat praktis dan satu lagi relatif murah mungkin Rp15.000 per tes kira-kira," ujarnya.
Baca juga: Menristek: Riset dan inovasi kurangi ketergantungan impor
GeNose merupakan alat non-invasif dan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam menganalisis keberadaan COVID-19.
Ada tiga bagian utama terkait mekanisme kerja GeNose, yakni larik sensor yang akan merespon terhadap senyawa dalam embusan nafas, perangkat elektronik yang didesain khusus untuk membawa senyawa dari embusan nafas ke sensor, dan software untuk menganalisis dalam mengungkap keberadaan COVID-19.
Baca juga: Menristek: Teknologi tepat guna perkuat produktivitas UMKM
Baca juga: Menristek: Vaksin dipastikan aman dan efektif
Baca juga: Menristek: Pengembangan vaksin Merah Putih berjalan sesuai jadwal
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020