Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 2,2 persen atau lebih rendah dibandingkan publikasi yang dilakukan pada September lalu yaitu minus 1 persen karena masih tidak pastinya situasi akibat pandemi COVID-19.Sekarang diproyeksikan untuk pulih pada tingkat lebih lambat dari yang diantisipasi saat kami publikasikan pada September. Terkontraksi 2,2 persen pada 2020
“Sekarang diproyeksikan untuk pulih pada tingkat lebih lambat dari yang diantisipasi saat kami publikasikan pada September. Terkontraksi 2,2 persen pada 2020,” kata ekonom ADB untuk Indonesia Emma Allen dalam ADB Indonesia Year-End Media Gathering di Jakarta, Kamis.
Allen menyatakan pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan lambat terutama pada tiga kontributor pertumbuhan yaitu konsumsi, investasi, dan perdagangan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi ADB.
Ia menjelaskan, dari rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terlihat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 3,49 persen pada kuartal III dengan kecepatan yang lebih lambat dari kontraksi sebelumnya 5,3 persen pada kuartal II.
“Karena penurunan sebelumnya untuk seluruh basis seperti investasi, konsumsi dan perdagangan maka ekonomi berkontraksi sebesar 2 persen dari tahun ke tahun dalam tiga kuartal pertama 2020 dibandingkan periode sama pada 2019,” jelasnya.
Tak hanya itu, penurunan proyeksi juga mempertimbangkan perkembangan indikator sosial yang dirilis BPS yaitu hampir 30 juta orang telah terdampak COVID-19 dari segi mata pencahariannya melalui pengurangan jam kerja, penangguhan pekerjaan dan kehilangan pekerjaan.
Allen melanjutkan, pihaknya turut melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021 yang berdasarkan publikasi pada September lalu sebesar 5,3 persen kini menjadi 4,5 persen.
Ia memperkirakan pada tahun depan akan terjadi pemulihan dalam konsumsi swasta yang didukung oleh kecepatan penanganan pandemi karena mampu meningkatkan kepercayaan konsumen dan dukungan berkelanjutan dari program pemulihan ekonomi.
Kemudian, Allen mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun depan juga didukung oleh kinerja ekspor yang lebih baik karena akan meningkatkan kapasitas manufaktur.
“Kami memiliki inflasi yang sedikit lebih tinggi untuk 2021 yaitu sebesar 2,4 persen. Tahun ini 2 persen,” katanya.
Baca juga: ADB berikan pinjaman 500 juta dolar AS untuk Indonesia
Baca juga: ADB dan Gojek teliti dampak digitalisasi pada UMKM
Baca juga: ADB beri pinjaman 600 juta bantu pengadaan listrik di Indonesia timur
Baca juga: ADB apresiasi OJK luncurkan aplikasi Lokasiku
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020