Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono mengemukakan bahwa industri telekomunikasi menunggu penerapan dari regulasi turunan UU Cipta Kerja dalam rangka menciptakan iklim yang lebih baik bagi dunia telekomunikasi nasional.harga paket data di Indonesia hanya di kisaran 0,4 dolar AS per gigabit, menjadi yang terendah kedua di dunia
"Harapan baru dari Undang-Undang Cipta Kerja patut ditunggu," kata Kristiono dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, berbagai operator telekomunikasi perlu mewaspadai kompetisi tidak sehat yang terjadi saat ini.
Ia memaparkan meski diprediksi tumbuh 5,3 persen pada 2021, beban investasi berpotensi menghambat pertumbuhan industri.
"Saat ini, harga paket data di Indonesia hanya di kisaran 0,4 dolar AS per gigabit, menjadi yang terendah kedua di dunia. Padahal, peningkatan konsumsi rata-rata paket data mencapai 87 persen per tahun. Pada gilirannya, kondisi ini akan menekan arus kas perusahaan dan berpotensi menggerus EBITDA margin yang turun 5 persen dibandingkan 10 tahun lalu. Return on Invested Capital juga menurun secara signifikan menjadi hanya 1 persen di 2019 dari sebelumnya 7 persen pada 2009," paparnya.
Ia berpendapat bahwa tren seperti ini berpotensi menghambat pembangunan infrastruktur yang sangat esensial untuk mengembangkan ekonomi digital yang ada di Tanah Air.
Dengan harapan dari UU Cipta Kerja, lanjutnya, maka UU baru tersebut dinilai akan mengatur ketentuan infrastructure sharing baik pasif maupun aktif serta menetapkan batas tarif bawah dan tarif atas.
Jika berhasil diterapkan dengan baik, masih menurut dia, maka efisiensi investasi dan biaya operasional operator telekomunikasi bisa dicapai hingga naik 40 persen tanpa harus mengorbankan kualitas layanan.
"Tren cerah diperlihatkan klaster industri platform dan aplikasi yang diprediksi tumbuh signifikan. Industri data center diperkirakan melonjak dua kali lipat dari total kapasitas 53 megawatt (MW) di 2020 menjadi 120 MW di tahun depan. Kendati demikian, industri cloud computing lokal justru kian mendung akibat persaingan ketat para pemain asing. Hal senada juga akan terjadi di sektor internet of thing (IoT) yang diperkirakan mencapai 400 juta perangkat pada 2022 dengan pangsa pasar Rp444 triliun di Indonesia," ungkapnya.
Sebagaimana diwartakan, Kementerian Komunikasi dan Informatika meminta operator seluler untuk memastikan ketersediaan jaringan telekomunikasi di wilayah operasional mereka.
"Agar keterjangkauan 4G di seluruh Indonesia bisa terwujud, mohon operator seluler memastikan penyebaran last mile, BTS, ketersediaan sinyal di wilayah yang menjadi domain operator seluler," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, Kamis (10/12).
Kominfo menargetkan ketersediaan sinyal 4G di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia bisa selesai pada 2022, sepuluh tahun lebih cepat dibandingkan target awal pada 2032.
Baca juga: Industri telekomunikasi hadapi perang harga
Baca juga: Apjatel: Aturan jaringan utilitas berpotensi tambah beban industri
Baca juga: BRTI soroti rencana Pemprov DKI atur jaringan utilitas telekomunikasi
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020