• Beranda
  • Berita
  • Sembilan destinasi wisata berpotensi dikembangkan saat COVID-19

Sembilan destinasi wisata berpotensi dikembangkan saat COVID-19

11 Desember 2020 19:51 WIB
Sembilan destinasi wisata berpotensi dikembangkan saat COVID-19
Ilustrasi - Ekowisata Hutan Mangrove Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. ANTARA/Pradita Kurniawan Syah.

Jenis wisata tersebut akan memberi dampak lebih signifikan untuk ekonomi nasional dan masyarakat dibandingkan dengan wisata massal

Dosen Program Studi Pariwisata Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI), Dr. Diaz Pranita mengatakan ada sembilan jenis wisata minat khusus yang semakin digandrungi masyarakat, khususnya di tengah pandemi COVID-19 saat ini.

"Jenis wisata tersebut akan memberi dampak lebih signifikan untuk ekonomi nasional dan masyarakat dibandingkan dengan wisata massal, sehingga mendukung program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," kata Diaz Pranita dalam keterangannya, Jumat.

Sembilan wisata minat khusus yang memiliki potensi dikembangkan dengan tetap memenuhi aspek protokol kesehatan COVID-19, yaitu Wisata Perdesaan, Wisata Pendakian Gunung dan Olahraga Paralayang, Wisata Olahraga Marathon, Wisata Bahari Kapal Layar (yachting) dan Selam (diving).

Selanjutnya Wisata Olahraga Arung Jeram, Wisata Gua dan Paramotor, Ekowisata, Wisata Hantu dan Wisata Milenial (youth tourism), serta Wisata Relawan (voluntourism).


Baca juga: Kemenparekraf dorong pengelola desa wisata terapkan protokol kesehatan


Ia juga merekomendasikan, untuk memberikan pengalaman wisata yang lebih baik, aman dan terjaga keberlanjutannya, para pelaku wisata perlu memenuhi sejumlah aspek yaitu membatasi jumlah peserta, mempertimbangkan daya dukung dan kelestarian lingkungan, perencanaan secara detil, memberi dampak langsung kepada masyarakat, serta mendukung penciptaan citra positif pariwisata Indonesia.

Pandangannya tersebut disampaikan dalam seminar online bertajuk Tourism E-talk Series dengan tema umum Wisata Minat Khusus dan Olahraga yang ia selenggarakan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat (pengmas), sepanjang hari Sabtu, sejak 17 Oktober hingga 21 November 2020. Kegiatan ini diikuti oleh pelaku usaha wisata, ratusan mahasiswa dan masyarakat umum dari seluruh Indonesia.

Diaz mengatakan pandemi COVID-19 telah menyebabkan pergeseran dari paradigma “safety first” menjadi “healthy first”. Para pengusaha wisata minat khusus juga harus memenuhi protokol kesehatan agar meningkatkan kepercayaan dan memberi jaminan kesehatan dan kenyamanan pada wisatawan.


Baca juga: COVID-19 menurun, Banjarmasin siap buka wisata pasar terapung

Baca juga: Wisata minat khusus arung jeram di Bengkayang diluncurkan



Diaz juga mengundang para pakar untuk memberikan edukasi terkait pengembangan wisata minat khusus dan olahraga di Indonesia. Dengan demian diharapkan kegiatan ini dapat memberi wawasan kepada mahasiswa dan masyarakat Indonesia secara umum mengenai tahap normalisasi pandemi COVID-19 di dunia wisata minat khusus.

Para pakar yang diundang dalam seminar pariwisata tersebut adalah Ghifari Y. Masyhari, Bima Saskuandra, Gendon Subandono, Ndang Mawardi, Riena Tambunan, Raymond T. Lesmana, Bayu Wardoyo, Amalia Yunita Alkantana, Cahyo Alkantana, Wiwik Mahdayani, Teguh Amor Patria, Satya Winnie, dan Jonathan Thamrin.

"Para tenaga ahli yang menjadi narasumber ini sebagian besar terlibat dalam penyusunan Panduan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan dengan label I Do Care di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," demikian kata Diaz.


Baca juga: Kemenparekraf rumuskan strategi pemasaran wisata selam saat pandemi

Baca juga: Lokasi liburan keren ala warga +62 saat pandemi COVID-19

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020