Di antara mereka ada yang mengantre hingga berjam-jam. Selesai pemeriksaan imigrasi, mereka masih harus menunggu bus yang akan mengantarkan ke beberapa hotel untuk menjalani karantina selama 14 hari.
Di antara mereka ada yang keluar dari rumahnya di Hong Kong pukul 11.30 waktu setempat (10.30 WIB), namun baru bisa masuk hotel di Shenzhen beberapa jam kemudian. Padahal perjalanan darat Hong Kong-Shenzhen hanya 1,5 jam.
Pemandangan tersebut terjadi dalam beberapa hari terakhir setelah Hong Kong diserang gelombang lanjutan COVID-19.
Data Imigrasi Hong Kong menunjukkan 3.577 warga Hong Kong melakukan perjalanan ke China daratan melalui udara, melalui jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau, atau melalui pos perbatasan Shenzhen pada 8 Desember atau naik tiga kali lipat dibandingkan 8 November.
Hampir 4.500 orang tiba dari Hong Kong setiap hari pada 4-5 Desember setelah pemerintah setempat menutup kelas TK, SD, dan SMP.
"Banyak orang dari Hong Kong pergi ke China karena takut terinfeksi, khususnya pekan lalu saat para orang tua membawa anak-anaknya setelah sekolah ditutup," kata Pei Zhirong dari Dinas Kegawatdaruratan Distrik Luohu, Kota Shenzhen.
Pei yang bertugas mengantarkan warga Hong Kong dari pos pemeriksaan Shenzhen ke beberapa hotel di Luohu menyebutkan mereka yang berdatangan dari Hong Kong tersebut rata-rata berusia 4-17 tahun.
"Kami perkirakan jumlah itu akan meningkat menjelang Hari Natal nanti," ujarnya dikutip laman berita ECNS.
Tentu saja hal tersebut mengakibatkan beberapa hotel di Shenzhen kewalahan.
Seorang petugas hotel di Luohu yang digunakan untuk karantina mengaku hotelnya sudah hampir penuh.
Distrik lainnya di Shenzhen, seperti Futian dan Nanshan juga menghadapi tekanan yang sama.
Sesuai ketentuan karantina yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Guangdong, setiap orang yang baru tiba dari Hong Kong harus menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 yang berlaku 24 jam agar bisa memasuki wilayah tersebut.
Pada Kamis (10/12) Hong Kong mendapat 112 kasus baru sehingga total kasus COVID-19 menjadi 7.292. (T.M038)
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020