Pemerintah Kota Yogyakarta memetakan titik-titik yang kemungkinan menjadi tempat kerumunan warga selama libur akhir tahun.
"Saya kira, lokasi yang perlu diantisipasi adalah dari simpang Tugu, Malioboro, hingga kawasan Alun-Alun. Biasanya, lokasi tersebut dipadati wisatawan atau masyarakat saat merayakan pergantian tahun," kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta Agus Winarto di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, Satuan Polisi Pamong Praja akan menyiagakan personel di titik-titik yang kemungkinan menjadi tempat warga atau wisatawan berkumpul serta membubarkan warga yang berkumpul tanpa mengindahkan protokol kesehatan.
"Karena kondisinya masih dalam masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, maka sebaiknya kerumunan dihindari. Kegiatan yang dirasa masih bisa ditunda, maka lebih baik tidak dilakukan sampai kondisinya benar-benar memungkinkan," katanya.
Ia menambahkan, petugas hanya sebatas membubarkan warga yang berkerumun kalau kerumunan terjadi secara spontan, bukan bagian dari satu kegiatan yang direncanakan.
Agus mengatakan bahwa kawasan Malioboro akan menjadi salah satu fokus upaya pengamanan pada malam pergantian tahun dan libur akhir tahun. Di kawasan Malioboro, pengunjung wajib taat protokol kesehatan dan dilarang merokok di sembarang tempat.
"Masih banyak wisatawan yang merokok sembarangan. Biasanya tidak tahu kalau Malioboro menjadi kawasan tanpa rokok. Mereka diingatkan dan diarahkan merokok di tempat khusus merokok yang sudah tersedia," kata Agus.
Sebelumnya, Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan bahwa penerapan protokol kesehatan di Kota Yogyakarta meliputi 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) plus menghindari kerumunan.
"Pelaku wisata harus benar-benar mampu memastikan bahwa di tempat wisata yang mereka kelola tidak muncul kerumunan," katanya.
Selama libur panjang Agustus dan Oktober, masih ada satu atau dua tempat wisata yang belum disiplin menjalankan protokol kesehatan.
"Untuk libur akhir tahun dan tahun baru, kami tegaskan bahwa protokol kesehatan khususnya pembatasan jumlah pengunjung dalam satu sesi waktu harus dilakukan secara ketat supaya tidak muncul kerumunan," kata Heroe.
"Seluruh pelaku wisata harus bisa memberikan jaminan bahwa protokol kesehatan dijalankan dengan baik dan benar guna menjaga keamanan dan kenyamanan warga Yogyakarta serta wisatawan yang berkunjung. Bagaimanapun, Yogyakarta tetap terbuka untuk wisatawan," ia menambahkan.
Baca juga:
Okupansi hotel di Yogyakarta diproyeksikan tembus 90 persen pada akhir tahun
Epidemiolog: Mobilitas warga perlu dibatasi seperti awal pandemi
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020