Terutama bagi atlet berusia 20-30 tahun, akan berada di posisi belakang untuk pembagian vaksin meski agenda Olimpiade telah menanti tahun depan dengan tekanan agar membuat lingkungan yang aman dari virus di agenda tersebut, kata Coe melanjutkan.
"Sebagian besar dari kami bergantung pada pekerja garis depan dan layanan darurat, dan kami juga menyadari bahwa ada orang-orang yang rentan di masyarakat dan kami ingin memastikan bahwa kami menjaga mereka sebanyak mungkin," ujar Coe menyampaikan alasannya, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Atletik Dunia sebut media berperan dalam perkembangan karier atlet
Baca juga: Ketua Atletik sebut cabor bisa langgar aturan pandemi
Coe bersikap hati-hati dalam menyampaikan pandangannya tersebut, mengingat setiap pihak dan negara punya klaim masing-masing soal prioritas pembagian vaksin.
"Saya berharap mereka memanfaatkannya, saya pasti akan melakukannya jika saya punya kesempatan menjelang Olimpiade seperti itu, tetapi itu adalah keputusan yang sangat pribadi," pungkas Coe.
Coe, peraih medali emas ganda Olimpiade dari lari 1.500 meter, yakin Olimpiade Tokyo tahun depan akan dilanjutkan dan Jepang merupakan negara yang bisa menjawab tantangan pengunduran ajang tersebut selama satu tahun.
"Saya pikir Olimpiade akan terus berjalan. Saya berada di Tokyo seminggu yang lalu dan menghabiskan 48 jam yang sangat intensif berbicara dengan panitia penyelenggara dan pemerintah,"
"Ada tekad kuat untuk menggelar Olimpiade, meski kami mengakui masih ada wilayah yang tidak pasti. Saya pikir kita harus sangat berterima kasih bahwa orang Jepang-lah yang menangani ini karena ini adalah panitia penyelenggara kelas satu," pungkas Coe.
Baca juga: Coe inginkan Tokyo jadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Atletik
Baca juga: IOC tegaskan Olimpiade tidak bisa jadi arena demonstrasi
Baca juga: Masa tinggal atlet Olimpiade di Jepang bakal lebih singkat
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020