Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp14.120 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.095 per dolar AS.
"Walaupun neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus, namun informasi tentang proyeksi pertumbuhan di kuartal keempat yang kemungkinan minus dan pengetatan PSBB membuat mata uang garuda terkoreksi," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai perdagangan Indonesia mengalami surplus 12,66 miliar dolar AS dengan total nilai ekspor 15,28 miliar dolar AS dan nilai impor sebesar 12,66 miliar dolar AS.
Surplus neraca perdagangan RI dan perbaikan ekspor pada November 2020 ditunjang oleh naiknya permintaan dan naiknya harga komoditas andalan, terutama batubara dan minyak sawit.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2020 masih akan terkontraksi namun akan terjadi perbaikan. Ekonomi kuartal terakhir diperkirakan minus 1-2 persen, lebih baik dibandingkan kuartal ketiga yang minus 3,49 persen dan kuartal kedua minus 5,39 persen.
Penyebab dari pertumbuhan ekonomi yang masih lesu tersebut yaitu angka kasus baru COVID-19 terus menunjukan peningkatan.
Dari eksternal, ada harapan bahwa rencana bantuan bipartisan COVID-19 senilai 908 miliar dolar AS akan dibagi menjadi dua paket.
Namun, optimisme tersebut tertutupi dengan melonjaknya jumlah kasus COVID-19 secara global. Walikota Kota New York bersiap untuk penutupan penuh kedua, dengan bagian lain negara itu juga menghadapi kemungkinan pembatasan yang diperketat.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.105 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.105 per dolar AS hingga Rp14.140 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.171 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp14.158 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020