Analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengatakan, melesatnya saham Antam untuk saat ini lebih ke arah sentimen masyarakat terhadap industri baterai holding. Terlebih, produsen kendaraan listrik asal Amerika Serikat, Tesla, berencana membangun pabrik baterai di Indonesia serta kian menguatnya harga nikel dan volume penjualan bijih nikel di pasar domestik menjadi faktor yang mempengaruhi tren saham ANTAM.
"Saham Antam saat ini menembus level Rp1.800, jika melihat sentimen terhadap masa depan nikel untuk baterai holding saya sarankan untuk beli dan jika melihat sentimen itu saya rasa akan terus bergerak naik," ujar Stefanus.
Lebih lanjut, Stefanus mengatakan, kinerja Antam yang mampu menggairahkan pasar disebabkan karena perusahaan dapat menurunkan biaya tunai produksi (cash cost) tahun ini. Kemudian untuk tahun depan lebih ke arah company mining, dimana pada 2021 akan terlihat positif karena didorong oleh harga nikel. Jika melihat harga nikel di tahun 2020 sekitar 14.000 dolar AS per ton, ekspektasi harga nikel bisa mencapai sekitar 16.000 - 17.000 dolar AS per ton pada tahun 2021.
"Sementara untuk tren emas sendiri biasanya jika ekonomi membaik harga emas akan dikoreksi," ujar Stefanus.
Sementara itu, SVP Corporate Secretary Antam Kunto Hendrapawoko menjelaskan, respon positif masyarakat atas saham Antam tidak terlepas dari sentimen positif atas kinerja perusahaan dimana Antam mencatatkan pencapaian Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) pada sembilan bulan pertama tahun 2020 (9M20) sebesar Rp2,14 triliun, adanya pertumbuhan EBITDA pada triwulan ketiga tahun 2020 (3Q20) mencapai Rp1,32 triliun, tumbuh signifikan dibandingkan capaian EBITDA pada triwulan kedua tahun 2020 (2Q20) sebesar Rp794 miliar.
“Respon positif atas saham ANTAM merupakan wujud kepercayaan dari investor atas kinerja perusahaan," tutup Kunto.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020