"Terima kasih atas penghargaan GIS Ambassador University yang diberikan kepada kami. Ini adalah penghargaan yang luar biasa bagi kami, terutama dalam rangka untuk mengembangkan GIS," kata Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Rektor IPB: Growth mindset salah satu solusi gerakan revolusi mental
Baca juga: Rektor IPB: Diaspora berperan dongkrak rangking universitas ke dunia
Perguruan tinggi yang mendapatkan penghargaan di kategori GIS Ambassador University telah memiliki kegiatan rutin yang dapat dihadiri publik untuk mempublikasikan berbagai karyanya di bidang GIS.
Penghargaan tersebut diberikan oleh Esri Indonesia, yang merupakan perusahaan di bidang teknologi GIS.
Menurut Arif, GIS merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan terutama dalam pembangunan pangan dan lingkungan di Indonesia.
"Saat ini IPB University juga telah mengembangkan sistem baru seperti platform monitoring untuk ekosistem. Melalui sistem ini kita bisa memantau perkembangan konversi lahan secara real time. Jadi kita bisa mengetahui berapa luasan lahan sawah yang terkonversi di Karawang atau berapa luas lahan kelapa sawit di Sumatera minggu lalu yang terkonversi, termasuk berapa luas hutan yang dikonversi untuk berbagai kepentingan," tutur Arif.
Arif menuturkan platform itu penting sebagai salah satu platform dan instrumen untuk mengetahui luas lahan pertanian. Selain itu, aplikasi GIS juga dapat digunakan untuk deteksi dini lahan sawah untuk kepentingan asuransi pertanian.
"Sudah saatnya pertanian Indonesia dikelola dengan modern dan instrumen GIS ini menjadi penting bagi investor di bidang asuransi pertanian," ujar Arif.
Baca juga: IPB University raih peringkat 3 Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2020
Baca juga: IPB University jalin kerja sama dengan univeritas Ukraina
IPB University juga telah memanfaatkan GIS untuk mendeteksi kebakaran hutan enam bulan sebelum kejadian untuk sepuluh provinsi. Dengan instrumen GIS, dapat dipantau daerah-daerah atau titik yang enam bulan ke depan berpotensi terjadi kebakaran hutan.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020