Perusahaan fintech peer to peer lending berbasis syariah ALAMI membidik lebih banyak pendana ritel pada tahun depan guna menjaga keseimbangan di sisi diversifikasi dan biaya dana (cost of fund) perusahaan.Adapun untuk sistem operasi IOS, insya Allah akan diluncurkan di kuartal satu tahun 2021. Harapannya, kami bisa mendapat banyak pendana ritel aktif melalui aplikasi di smartphone. Pada bulan Oktober, pendaftar di aplikasi Android kami sudah mencapai
CEO ALAMI Dima Djani mengatakan, saat ini pendana institusi masih mendominasi. Untuk meningkatkan pendana ritel, perseroan meluncurkan aplikasi ALAMI. Sebagai kelanjutan dari versi website, pada Oktober 2020, perusahaan resmi meluncurkan aplikasi yang bisa diakses oleh gawai berbasis Android.
"Adapun untuk sistem operasi IOS, insya Allah akan diluncurkan di kuartal satu tahun 2021. Harapannya, kami bisa mendapat banyak pendana ritel aktif melalui aplikasi di smartphone. Pada bulan Oktober, pendaftar di aplikasi Android kami sudah mencapai empat ribu akun. Jumlah ini naik empat kali lipat dibanding pada platform sebelumnya yang mencapai angka seribuan akun setiap bulannya," ujar Dima dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Sejak berdiri pada 2019, ALAMI memiliki pendana dari institusi seperti Bank Syariah Mandiri dan perusahaan multifinance. Dima menuturkan, kerjasama dengan institusi perbankan juga merupakan bentuk kontribusi ALAMI untuk terlibat dalam realisasi penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Selain Bank Syariah Mandiri, ALAMI kini tengah berdiskusi dengan beberapa bank syariah lain untuk skema channeling dana PEN.
Dima mengatakan, dampak negatif dari pandemi COVID-19 yang melanda hampir semua sektor industri di Indonesia, berhasil ditangani dengan baik oleh perseroan. Perusahaan tercatat tumbuh tiga kali lebih tinggi dibanding kinerja 2019.
ALAMI juga berhasil menjaga tingkat pembiayaan bermasalah atau Non-Performing Financing (NPF) di level 0 persen atau di P2P Lending diukur dengan TKB90 (Tingkat Keberhasilan Pembayaran lebih dari 30 hari) yang masih di level 100 persen. Selain itu, ALAMI telah menyalurkan akumulasi pembiayaan sebesar Rp280 miliar per November 2020.
Kinerja ALAMI yang meningkat di tengah tantangan pandemi dan resesi ekonomi nasional, lanjut Dima, tidak terlepas dari strategi perusahaan yang mengoptimalkan dua strategi, yakni kolaborasi lintas sektor, proyeksi industri dan bisnis, serta optimalisasi pendana ritel. Adapun, saat ini produk ALAMI berupa pendanaan invoice financing yang ditargetkan ke industri-industri yang defensif terhadap COVID-19, antara lain makanan, logistik dan kesehatan.
Selain itu, Dima menekankan pihaknya memiliki visi agar platform finansial berbasis syariah ALAMI bisa digunakan oleh masyarakat umum sebagai pendana ritel. Menurutnya, esensi sistem keuangan syariah harus dipandang dari perspektif yang lebih luas, di luar unsur keagamaan yang menaunginya.
"Memang betul kita menggunakan syariat dan nilai Islam sebagai pegangan menjalankan operasional. Namun kami optimis, sistem ini bisa memberikan social impact atau manfaat bagi seluruh elemen masyarakat. Secara return dan peluang keuntungan, platform keuangan syariah dari ALAMI sangat diminati, karena ini adalah instrumen fixed income syariah dengan imbal hasil paling tinggi. Ke depannya, kami harap pendana ritel ALAMI akan terus bertambah secara organik," ujar Dima.
Sebagai ikhtiar perusahaan merealisasikan visi di atas, ALAMI terus aktif menjalin kolaborasi dan perbaikan sistem. Dalam hal kolaborasi, di penghujung 2020 ini ALAMI juga makin produktif menjalin kemitraan dengan perusahaan jangkar, seperti BPJS Kesehatan dan e-Fishery, yang dimana mitra ALAMI akan membantu mengkonfirmasi data dan menyambungkan sistem back-end melalui integrasi API. ALAMI juga sudah terintegrasi dengan Pefindo Biro Kredit, Fintech Data Center (FDC), dan Pusat Data Fintech Lending (Pusdafil).
Dima menyatakan, sebagai platform penyedia teknologi, perusahaan harus siap dengan bentuk kemitraan menyeluruh termasuk menyediakan solusi teknologi bagi mitranya. Pihaknya menyatakan akan terbuka dengan berbagai kebutuhan infrastruktur penunjang kolaborasi, agar ALAMI bisa menjadi partner yang bisa diandalkan dan memberi manfaat bagi sesama rekan bisnisnya.
"Kami kerap menemukan kenyataan bahwa kolaborasi bisa terhambat karena pihak mitra kerap belum siap bekerja sama dengan perusahaan fintech. Inilah mengapa, kemitraan ALAMI dengan perusahaan-perusahaan jangkar seperti BPJS dan e-Fishery sudah dilengkapi dengan tambahan solusi teknologi seperti integrasi sistem. Hal lain yang tidak kalah penting adalah kekuatan database penunjang untuk memastikan ALAMI berada dalam radar target pengguna, dan dapat secara live memberikan informasi terbaru soal kinerja perusahaan," kata Dima.
Beberapa target kemitraan ALAMI pada 2021 antara lain diarahkan pada perusahaan startup (e-commerce, IOT), rumah sakit, dan perusahaan logistik. Selain itu, ALAMI juga berencana untuk mengkaji peluang sinergi dengan institusi keuangan syariah perbankan seperti Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Baca juga: Wapres: Perluas "fintech" syariah untuk inklusi keuangan syariah
Baca juga: Infrastruktur digital fintech syariah akan ditingkatkan, ini tujuannya
Baca juga: KNKS dukung penyusunan peta jalan fintech syariah
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020