Membidik tren bisnis migas 2021 'ala' Medco

20 Desember 2020 00:32 WIB
Membidik tren bisnis migas 2021 'ala' Medco
Lapangan migas offshore yang dioperasikan Medco Energi di Kawasan Asia Tenggara. Antara Aceh/HO

Medco juga melancarkan geliat strategi usaha pada pasar bisnis “dunia ketiga” yaitu pasar saham

Tidak dipungkiri, virus Covid-19 masih menjadi ancaman manusia hingga detik ini, di mana akhir tahun 2020 sudah berada di ujung pintu tutup buku. Dengan berlanjutnya pandemi, tentu saja masih menyisakan banyak tanda tanya bagi dunia usaha.

Tidak ketinggalan bisnis super padat modal yaitu minyak dan gas bumi (migas) menjadi salah satu hal yang belum memiliki jawaban pasti mengenai bentuk-bentuk baru dari era pandemi Covid-19. Bisa jadi hanya transformasi bisnis migas atau bahkan tren pembaruan bisnis migas menjadi hal yang ditemukan.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang terjun di dunia migas memiliki pandangan sendiri mengenai bagaimana tren dan peluang yang akan diambil sendiri langkahnya pleh perusahaan tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro masih menganggap migas nasional masih menjandikan.

Terbukti ia menegaskan bahwa tengah membidik blok migas milik Pertamina. Hal tersebut menandakan bahwa migas sebagai core utama masih menjanjikan di pasar mineral nasional.

Belum pasti blok mana yang akan dijajaki, setidaknya Pertamina memiliki sebanyak 86 blok migas yang bisa jadi siap dipoles untuk bermitra dengan rekan lainnya dalam bentuk-bentuk yang disepakati.

Medco E&P sendiri juga tetap aktif melakukan eksplorasi hingga pengenboran sumur, diantaranya di daerah Natuna yaitu sumur Kaci-2, South Natuna Sea Blok B. Sumur Kaci-2 menargetkan reservoir gas dangkal baru dengan kedalaman total 2.359 kaki. Sumur tersebut mengalirkan gas kering berkualitas tinggi dengan hasil uji sebesar 13 MMCFD.

“Perusahaan tetap berhasil menjalankan strategi dengan baik, termasuk dengan sukses melakukan kegiatan eksplorasi di Natuna dan Ijen Geothermal, sebagai bagian dari komitmen Perusahaan dalam mendukung Pemerintah menjaga ketahanan energi nasional. Dengan adanya aliansi Kansai Electric, eksplorasi yang sukses dan AMNT yang kembali membukukan laba,” kata Hilmi.

Transisi Energi

Selain bisnis tradisional migas, Medco juga siap mengambil langkah transformasi energi. Melalui anak usaha PT Medco Energi Internasional, Hal tersebut diyakini bahwa penjajakan EV Ecosystem untuk memenuhi kebutuhan kendaraan listrik,diproyeksi berkembang pesat mengingat sektor industri modern tengah bermigrasi kepada kendaraan listrik.

Direktur Utama PT Medco Power Indonesia, Eka Satria menjelaskan setidaknya ada tiga titik yang diproyeksikan bisa menjadi lokasi EV Ecosystem yaitu Jakarta, Batam dan Bali. Bisnis Medco Indonesia Power (MPI) berlandaskan pada empat jalur utama, yakni gas to power, geothermal, renewables dan jasa operasi dan pemeliharaan (O&M).

Dalam bidang transisi energi MPI sedang meningkatkan misi utama di bidang dekarbonisasi, gas sebagai transisi, elektrifikasi, penyimpanan energi (storage), digitalisasi dan desentralisasi.

Langkah strategi secara detail belum disebutkan Medco secara gamblang, sebab hal ini masih perlu banyak study dan juga penjajakan ke beberapa pihak.

Dari profil perusahaan sendiri, saat ini MPI mengelola dan mengoperasikan 3.796 MW dari sumber pembangkit sendiri (IPP) maupun O&M. Ia juga memilikinkeyakinan untuk dapat meningkatkan kapasitas jadi 5.000 MW dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

Energi bersih

Kepedulian lingkungan juga menjadi isu yang santer akan menjadi hal hangat pada 2021 mendatang khususnya di sektor pengembangan bisnis energi.

Setidaknya ada enam jenis energi bersih yang diproyeksikan bisa menjadi landasan pengembangan dan perhatian dunia mineral dan sumber energi lainnya, yakni gas/LNG to power, panas bumi, energi surya, energi hydro dan mini hydro, energi angin, hingga masuk ke eksosistem kendaraan listrik (EV).

Tahun ini, lanjut dia, Medco Power fokus untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Terdapat tiga proyek PLTP, yakni Sarulla sebesar 330 MW, Riau (275 MW), Ijen Geothermal (2x55 MW).

Selain PLTP, perusahaan juga mengembangkan Solar Photovoltaic (PV), seperti di Bali dengan kapasitas 2x25 MW, dan Sumbawa (26 MW).

Berdasarkan asumsi bahwa pada dasarnya energi listrik yang akan sampai kepada konsumsi secara langsung, sehingga pembangkit sumber listriknya yang akan direncakan sebagai pengembangan usaha.

 

IPO

Tidak hanya usaha dalam pasar migas, Medco juga melancarkan geliat strategi usaha pada pasar bisnis “dunia ketiga” yaitu pasar saham. Model strategi ini tengah dipersiapkan melalui anak usaha perusahaan.

 PT Medco Energi Internasional Tbk menyiapkan entitas anak usaha di bidang pertambangan tembaga dan emas PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) untuk melepas sebagian sahamnya ke publik melalui mekanisme penawaran umum perdana (IPO).

Meskipun demikan, hingga kini anak usaha Medco itu masih menunggu waktu yang tepat untuk merealisasikan rencana IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). AMNT masih meneruskan pengembangan fase 7 di pertambangan. Pada periode Juli-September 2020 anak usaha itu juga sudah mencatatkan laba seiring harga tembaga dan emas yang naik.

Di sisi lain, pihaknya juga sedang mengkaji peluang IPO untuk entitas anak usaha di bidang kelistrikan, PT Medco Power Indonesia. Di antara anak perusahaan, sektor pembangkit menjadi yang diproyeksikan. Medco Power merupakan salah satu calon menjadi anak usaha yang di IPO kan

Hal tersebut setidaknya yang disiapkan Medco dalam memproyeksikan gambaran strategi bisnis pada 2021, di mana konteks pandemi masih menjadi faktor kuat dalam pemilihan variabel strategi.

Tentu, beda korporasi akan beda misi dan proyeksi dalam menilik tren migas, namun Medco mengambil beberapa langkah yang sudah dipersiapkan secara role bisnis.
Baca juga: Medco E&P tandatangani perjanjian jual beli gas kebutuhan domestik
Baca juga: Medco gandeng Kansai Electric kembangkan pembangkit listrik swasta RI

 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan9
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020