Perdana Menteri Yoshihide Suga menegaskan bahwa Jepang tidak perlu memasuki keadaan darurat nasional, bahkan ketika kelompok kesehatan menyatakan keadaan darurat mereka sendiri untuk sistem medis karena tingkat infeksi virus corona terus meningkat.Kami perlu menunjukkan hasil penanggulangan virus corona kami. Saya akan memelopori upaya dengan pola pikir untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan
Suga mengatakan pada Senin malam bahwa kepala panel ahli pemerintah tentang pandemi virus corona telah mengatakan kepadanya "kami belum sampai di sana" sehubungan dengan menyerukan keadaan darurat. Suga menanggapi saat wawancara di televisi nasional.
Suga telah berjuang dengan jatuhnya peringkat persetujuan, dengan jajak pendapat yang menunjukkan ketidaksetujuan publik tentang bagaimana dia menangani pandemi.
Baca juga: Jepang beli 10.500 unit pendingin untuk simpan vaksin COVID-19
Baca juga: Pandangan Jepang terbagi untuk olimpiade di tengah kasus COVID-19
“Kami perlu menunjukkan hasil penanggulangan virus corona kami. Saya akan memelopori upaya dengan pola pikir untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan,” kata Suga.
Jepang telah melihat peningkatan tingkat infeksi baru dalam beberapa pekan terakhir, dengan rekor 2.154 orang dirawat di rumah sakit pada hari Senin, menurut penyiar nasional NHK.
Ikatan dokter, perawat dan tujuh kelompok medis nasional lainnya di Jepang menyatakan status darurat medis pada Senin (21/12), mendesak pemerintah agar mendukung sistem medis negara yang merintih akibat pandemi virus corona.
"Penyebaran infeksi virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Apabila dibiarkan, maka orang-orang di Jepang tidak akan mendapatkan perawatan medis reguler, terlebih untuk perawatan COVID-19," bunyi pernyataan bersama.
Sembilan kelompok, yang juga mencakup ikatan dokter gigi dan apoteker, meminta pemerintah agar memberikan bantuan yang tepat bagi para pekerja medis lini terdepan.
Mereka juga meminta masyarakat agar menerapkan langkah pencegahan COVID-19 secara menyeluruh.
Meski tidak jauh dari tingkat keparahan yang terlihat di Amerika Serikat dan Eropa, infeksi COVID-19 di Jepang meningkat drastis ke rekor tertinggi pada Desember ini. Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran bahwa fasilitas medis mungkin kewalahan ketika mereka biasanya kekurangan staf di musim liburan.
Sumber : Reuters
Baca juga: PM Suga tuai kritik usai makan malam akhir tahun di tengah wabah
Baca juga: Jepang habiskan 3,7 miliar dolar AS untuk dukung kampanye perjalanan
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020