Tidak seperti tahun 2019 yang dihiasi dengan beragam peluncuran film, sepanjang 2020 film baru yang tayang sangat sedikit seandainya dirilis pun melalui platform streaming digital.Pada saat seperti ini kita harus bisa berinovasi dan mencoba adaptasi dengan segala perubahan macam perubahan yang baru kita temui termasuk dengan bagaimana cara kita menikmati film
Tahun pandemi 2020 membuat industri perfilman tanah air sulit untuk bergerak. Produksi film dan jadwal tayang, semua "berantakan" saat pandemi COVID-19 menghadang, bahkan bioskop pun sempat ditutup selama beberapa bulan.
ANTARA pun sempat mencatat film-film yang batal tayang selama pandemi hingga peralihan dari bioskop konvensional menjadi streaming digital sepanjang 2020.
Baca juga: Angga Sasongko: Investasi buat industri film Indonesia lebih variatif
Film batal tayang
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mempengaruhi keberlangsungan industri film. Dengan ditutupnya bioskop secara otomatis film-film yang siap tayang pun terpaksa ditunda.
Hal ini tidak hanya berlaku di Indonesia, industri film dunia seperti Hollywood pun harus gigit jari dengan menunda berbagai film besarnya bahkan ada yang harus mundur hingga tahun 2022.
Di Indonesia sendiri terdapat sejumlah film yang terpaksa gagal tayang di bioskop seperti "Guru-Guru Gokil", "Bucin", "Malik & Elsa", "Generasi 90an: Melankolia", "Serigala Langit", Kuntilanak 3", "Yowis Ben 3" dan "Surga Yang Tak Dirindukan 3".
Baca juga: Bioskop dibuka bertahap bangun kembali optimisme industri film
Tak hanya itu, ada juga "Berhenti Di Kamu", "Rentang Kisah", "Warkop DKI Reborn", "KKN Desa Penari", "Tersanjung The Movie", "Roh Mati Paksa" hingga "Djoerig Salawe".
"Mariposa" sebenarnya juga masuk dalam daftar yang terpaksa mundur karena pandemi. Namun, film yang diperankan oleh Angga Yunanda dan Adhisty Zara itu, sempat rilis di bioskop pada 12 Maret 2020.
Film tersebut bahkan telah mendapatkan 140 ribu penonton di hari pertama penayangannya. Akan tetapi, mengikuti peraturan pemerintah yang melarang dibukanya bioskop, maka "Mariposa" pun undur diri.
Berbeda dengan film lain yang pindah haluan ke platform streaming digital, "Mariposa" setia menunggu hingga bioskop kembali buka. Hal ini pun berbuah manis, film tersebut akan tayang kembali pada 31 Desember 2020 di seluruh bioskop Indonesia berbarengan dengan "Milea: Suara Dari Dilan Extended".
Baca juga: Optimisme Mira Lesmana dan Riri Riza terhadap industri film
Cara baru menikmati film
Pandemi COVID-19 membuat para pelaku industri film khususnya produser memutar otak untuk mencari cara agar roda perekonomian terus berputar. Akhirnya berbagai rumah produksi berbondong-bondong beralih ke platform streaming digital untuk memasarkan filmnya.
Film-film yang sudah siap tayang pun mulai bermunculan di berbagai platform streaming digital seperti Netflix, Disney+ Hotstar, Video, Iflix, KlikFilm, Wetv hingga Bioskop Online.
Kelebihan dari platform streaming digital adalah dapat disaksikan di mana saja, kapan saja dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia yang mungkin sebelumnya sulit untuk menemukan bioskop di wilayahnya.
Beberapa film yang akhirnya tayang melalui platform streaming antara lain "Guru-Guru Gokil", "Benyamin Biang Kerok 2", "Sejuta Sayang Untuknya", "Pelukis Hantu", "Elsa & Malik", "Bidadari Mencari Sayap", "Rentang Kasih", "Warkop DKI Reborn 4", "Sabar Ini Ujian", "Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi", "Bucin", "Dibawah Umur", "Story of Kale" hingga "Mudik".
Baca juga: Babak baru perlawanan industri film Indonesia terhadap pembajakan
Dian Sastrowardoyo, selaku produser "Guru-Guru Gokil" sempat menjelaskan alasannya beralih dari bioskop ke platform digital.
Menurut Dian, ini adalah salah satu bentuk adaptasi dalam mengubah kebiasaan menonton di studio bioskop ke device apa pun dari rumah.
"Pada saat seperti ini kita harus bisa berinovasi dan mencoba adaptasi dengan segala perubahan macam perubahan yang baru kita temui termasuk dengan bagaimana cara kita menikmati film," kata Dian.
Menciptakan ide kreatif
Tantangan yang dihadapi oleh para insan film ternyata malah mendatangkan ide kreatif. Reza Rahadian adalah salah satu yang tetap berdaya selama pandemi.
Lewat mini seri "Sementara Selamanya" yang tayang di Vidio.com, dia memperlihatkan bahwa pembuatan film tetap bisa berjalan walau dalam keterbatasan.
Saat itu Reza mengatakan pengambilan gambar dilakukan dengan kamera yang sangat sederhana, tidak seperti proses produksi film pada umumnya. Reza bahkan hanya melibatkan kru film yang tidak lebih dari 10 orang dan sukses menggarap sebuah web series, bahkan banyak yang meminta untuk kehadiran musim selanjutnya.
Baca juga: Optimisme Mira Lesmana dan Riri Riza terhadap industri film
Serial web "Work From Home" karya Reka Wijaya adalah contoh kreatif lain di masa pandemi. Reka menggunakan konsep sinematografi zoom meeting dalam proses produksinya sehingga tidak menggunakan banyak lokasi syuting.
Para aktor yang terlibat harus dapat berakting secara mandiri di depan kamera tanpa melihat lawan mainnya. Syuting juga hanya berlangsung dalam empat hari demi menjaga efisiensi di tengah ketatnya protokol selama pandemi.
Tak hanya itu, sepanjang proses produksi, protokol kesehatan berlaku dengan ketat, termasuk kewajiban menjaga jarak, pemakaian masker, dan pemeriksaan kesehatan bagi semua pemeran dan tim produksi.
Bukan saja mendapatkan pengalaman baru dalam adaptasi proses pembuatan film yang harus tetap menjaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan, para pelaku industri ini juga beradaptasi dengan teknologi baru dalam proses syuting maupun editing karena sebagian dikolaborasikan dari adegan-adegan yang diambil dari jarak berjauhan via Zoom.
2020 yang penuh dengan ketidakpastian ternyata tidak menyurutkan semangat para insan film tanah air untuk tetap berkarya dan 2021 mendatang diharapkan bisa menjadi momen kebangkitan bagi industri perfilman Indonesia.
Baca juga: Della Dartyan ungkap kunci bertahan di industri film
Baca juga: Sineas Indonesia optimistis industri perfilman membaik di 2021
Baca juga: Perencanaan jadi kunci produksi film di tengah pandemi
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020