Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Moh Abdi Suhufan menyatakan Sakti Wahyu Trenggono yang baru ditunjuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan harus dapat "mencuci piring kotor" di dalam instansi yang dipimpinnya.Tugasnya (Sakti Wahyu Trenggono) berat karena harus 'cuci piring kotor'
"Tugasnya (Sakti Wahyu Trenggono) berat karena harus 'cuci piring kotor'," kata Moh Abdi Suhufan ketika dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Abdi mengutarakan harapannya agar Sakti Wahyu Trenggono dapat betul-betul cepat belajar dan beradaptasi dengan sistem di KKP.
Ia berpendapat bahwa menteri baru ini juga perlu cepat mengenali program prioritas dan membentuk tim kerja yang tangguh.
"Bentuk tim kerja eselon I ke bawah yang tangguh agar dapat melaksanakan program kerjanya sebagai menteri," katanya.
Selain itu, ujar dia, Sakti Wahyu Trenggono mesti segera mengisi tiga jabatan eselon I KKP yang kosong agar ditempati oleh kalangan pejabat yang kredibel dan kompeten.
Seperti diketahui, Presiden RI Joko Widodo telah menunjuk Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan menggantikan Edhy Prabowo yang terjerat kasus korupsi.
Sakti Wahyu Trenggono bukan orang baru di Kabinet Indonesia Maju sebab pria kelahiran Semarang, 3 November 1962, ini sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan.
Ia merupakan seorang politisi dan pengusaha asal Indonesia. Dia sempat menjadi Bendahara Partai Amanat Nasional dari 2009 sampai sekitar tahun 2013.
Dia kemudian menjadi bendahara tim pemenangan Joko Widodo sejak Jokowi berkiprah sebagai Wali Kota Surakarta sebelum akhirnya maju ke Jakarta dan tingkat nasional sebagai presiden.
Ia juga salah satu pengusaha lokal yang pertama bermain cloud melalui Indonesian Cloud. Pria ini juga salah satu inisiator berdirinya Asosiasi Penyedia Menara Telekomunikasi Indonesia (ASPMITEL).
Baca juga: Sakti Wahyu Trenggono siap jalankan amanah sebagai Menteri KKP
Baca juga: Profil - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2020