Kasus positif meningkat 14.046, mendorong total infeksi menjadi 954.258, kata kementerian itu.
Tingkat kepositifan - atau persentase dari semua tes virus corona yang dilakukan yang sebenarnya positif - berada pada 26 persen. Angka tersebut adalah sekitar dua kali lipat tingkat rata-rata infeksi di negara itu sebelum Desember, ketika kasus positif COVID-19 menunjukkan tanda-tanda berkurang.
Departemen kesehatan Afrika Selatan pada Jumat pekan lalu mengatakan telah mengidentifikasi mutasi virus baru, varian 501.V2, yang dikatakannya kemungkinan berada di balik lonjakan infeksi baru-baru ini.
Sejumlah negara telah menanggapi perkembangan itu dengan melarang perjalanan ke dan dari Afrika Selatan.
Pejabat lokal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian tersebut berbeda dari yang diidentifikasi di Inggris, meskipun keduanya membawa mutasi yang membuat mereka lebih mudah menular daripada galur dominan yang beredar sebelumnya.
Dalam pengumuman soal tingkat infeksi terbaru, Kementerian Kesehatan mengatakan Afrika Selatan perlu "meninjau pembatasan saat ini dan mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut untuk memastikan bahwa kita mengekang tingkat penyebaran yang mengkhawatirkan".
"Tingkat penyebaran jauh lebih cepat daripada gelombang pertama dan kita akan melampaui puncak gelombang pertama dalam beberapa hari mendatang," kata kementerian itu.
Awal Desember, Presiden Cyril Ramaphosa memperketat aturan COVID-19 untuk mengekang kemunculan kembali COVID-19
Namun, ia mengatakan penguncian penuh seperti yang diterapkan pada Maret bukanlah suatu pilihan karena dampak ekonomi yang ditimbulkan langkah itu.
Sumber : Reuters
Baca juga: Belanda larang penerbangan dari Afrika Selatan terkait mutasi COVID
Baca juga: PM Eswatini meninggal setelah terkena COVID-19
Baca juga: Presiden Afsel isolasi diri setelah tamu positif COVID-19
Indonesia waspadai gelombang baru COVID-19
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020