Kami mengerahkan seluruh kemampuan yang ada untuk memajukan pengiriman pada kuartal II (2021, red)
Korea Selatan telah meneken perjanjian pembelian vaksin COVID-19 buatan Pfizer Inc dan Johnson & Johnson (J&J) untuk 16 juta warganya, kata Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-kyun, Kamis.
Perjanjian itu diteken saat Korsel masih menghadapi gelombang ketiga penyebaran COVID-19.
Pemerintah menerima tekanan publik terkait rencana pengadaan vaksin, khususnya saat Korsel melaporkan jumlah korban jiwa COVID-19 yang cukup tinggi.
Dua dosis vaksin COVID-19 Pfizer, yang dikembangkan bersama-sama oleh BioNTech — perusahaan farmasi asal Jerman, akan cukup untuk 10 juta warga Korsel. Vaksin itu rencananya dikirim pada kuartal III 2021.
“Kami mengerahkan seluruh kemampuan yang ada untuk memajukan pengiriman pada kuartal II (2021, red),” kata PM Chung saat jumpa pers sebagaimana disiarkan oleh siaran televisi nasional.
“Negosiasinya masih berlangsung,” kata dia.
Chungmenjelaskan ada penambahan jumlah dosis vaksin yang dibeli dari Janssen, anak perusahaan J&J. Pemerintah mulanya membeli vaksin untuk empat juta jiwa, tetapi setelah penambahan, vaksin akan tersedia untuk enam juta warga Korsel.
Vaksin buatan Janssen itu akan tersedia pada kuartal II 2021.
Perjanjian pembelian dengan Pfizer dan Janssen merupakan bagian dari upaya pemerintah mengamankan persediaan vaksin langsung dari produsennya. Korsel juga bergabung dalam fasilitas pengadaan vaksin bersama (COVAX Facility), yang akan memastikan vaksin tersedia untuk 85 persen dari total 52 juta warga Korsel.
COVAX Facility merupakan kemitraan pengadaan vaksin yang diinisiasi oleh GAVI, CEPI, dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).
Korsel juga telah menandatangani perjanjian pembelian vaksin buatan AstraZeneca Plc, yang dijadwalkan tiba di Negeri Ginseng pada awal Januari 2021. Pemerintah setempat juga memasuki tahap akhir untuk negosiasi pembelian 20 juta dosis vaksin COVID-19 buatan Moderna. Perjanjian antara Korsel dan Moderna akan diteken pada Januari 2021.
Program vaksinasi massal di Korsel akan dimulai paling cepat pada Februari 2021. Pemerintah menargetkan program itu rampung pada November 2021, jelang musim flu di Korsel, kata pejabat senior Badan Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular Korea Selatan (KDCA), saat jumpa pers.
Pemerintah Korsel telah mengalokasikan tambahan dana sebanyak 1,3 triliun won (sekitar Rp17 triliun) untuk anggaran vaksin tahun depan.
KDCA melaporkan 985 kasus COVID-19 baru, pada Rabu malam sehingga jumlah pasien positif di Korsel mencapai 53,533 orang dan l 756 di antaranya meninggal dunia.
Otoritas setempat juga telah meningkatkan jumlah pemeriksaan dari 16.000 orang per hari pada September jadi lebih dari 55.000 orang per hari. Peningkatan kapasitas tes itu dilakukan pemerintah demi mencari asal virus yang belum diketahui dan pasien tanpa gejala.
Pemerintah Korsel juga telah menutup seluruh resort ski dan destinasi wisata musim dingin, serta melarang adanya pertemuan yang dihadiri lebih dari empat orang demi menghentikan penyebaran COVID-19 saat hari libur Natal dan Tahun Baru.
Korsel, yang menempati urutan keempat untuk perekonomian terbesar di Asia, mendapat banyak pujian dari komunitas internasional karena berhasil mengendalikan penyebaran COVID-19. Namun, sikap yang terlalu percaya diri jadi salah satu penyebab merebaknya gelombang ketiga COVID-19 di Korsel, kata beberapa pejabat pemerintah.
Sumber: Reuters
Baca juga: Moderna perkirakan vaksinnya melindungi dari varian baru COVID-19
Baca juga: Rumah sakit kewalahan, Meksiko mulai vaksinasi COVID
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020