Pembuat chip asal Taiwan itu, dikutip dari laman Gadgets 360, Sabtu, mencatatkan kinerja yang kuat pada kelompok harga 100 dolar AS - 250 dolar AS atau sekira Rp1,4 juta - Rp3,5 juta.
Baca juga: Qualcomm perkenalkan chipset terbaru Snapdragon 888
MediaTek juga menerima pertumbuhan yang signifikan di sejumlah pasar, termasuk India dan China, yang membantunya mengambil pasar Qualcomm, yang dikatakan masih memimpin pasar untuk chipset 5G.
Faktor lainnya, MediaTek diyakini telah memanfaatkan pertumbuhan Huawei yang lamban akibat sanksi AS.
Lebih dari 100 juta smartphone terjual secara global pada kuartal ketiga dengan chipset MediaTek, menurut laporan perusahaan riset pasar Counterpoint.
Pertumbuhan MediaTek melemahkan Qualcomm yang turun dari 31 persen pada kuartal kedua menjadi 29 persen di kuartal ketiga. Namun, pembuat chip yang memproduksi SoC Snapdragon itu muncul sebagai vendor chipset 5G terbesar dengan pangsa pasar 39 persen.
Ekspansi Qualcomm di segmen 5G berasal dari peluncuran ponsel baru yang mendukung jaringan generasi kelima. Menurut Counterpoint, permintaan ponsel 5G tercatat meningkat dua kali lipat pada kuartal ketiga, dengan mengambil bagian 17 persen dari total smartphone yang terjual pada kuartal tersebut.
Tren tersebut kemungkinan akan berlanjut, dengan perkiraan sepertiga dari total smartphone yang dikirim pada kuartal keempat diharapkan memiliki dukungan 5G.
Baca juga: MediaTek umumkan chipset 5G terbaru untuk "smartphone mainstream"
Awal tahun ini, Qualcomm menghadirkan chipset yang didukung 5G, termasuk Snapdragon 690, Snapdragon 750G dan Snapdragon 865 Plus yang sejauh ini terbatas pada beberapa model smartphone.
Di sisi lain, MediaTek juga memperluas jajaran chipsetnya di seluruh segmen harga dan memperkenalkan jajaran chipset 5G Dimensity untuk melawan pesaingnya yang berbasis di San Diego itu.
Meski demikian, Counterpoint mencatat bahwa Qualcomm masih berpeluang merebut kembali posisi teratasnya yang direbut MediaTek pada kuartal keempat.
Direktur Riset Counterpoint, Dale Gai, menyatakan pangsa chipset MediaTek pada ponsel Xiaomi meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak periode yang sama tahun lalu.
MediaTek juga menghasilkan daftar chipset terjangkau yang menjadi pilihan pertama bagi banyak pembuat handset untuk dengan cepat mengisi celah yang ditinggalkan oleh ketidakhadiran Huawei, kata analis tersebut.
"Penguatan pangsa pasar MediaTek yang kuat pada Q3 2020 terjadi karena tiga alasan -- kinerja yang kuat di segmen harga smartphone kelas menengah (100 dolar AS - 250 dolar AS) dan pasar negara berkembang seperti LATAM dan MEA, larangan AS terhadap Huawei dan akhirnya menang dalam OEM terkemuka seperti Samsung, Xiaomi, dan Honor," kata Gai.
Pembatasan pada Huawei yang mengakibatkan kendala pasokan untuk chipset HiSilicon juga membantu Qualcomm mendapatkan sebagian pangsa pasar di kuartal ketiga.
"Qualcomm dan MediaTek sama-sama mengubah portofolio mereka, dan fokus konsumen telah memainkan peran kunci di sini," kata Analis Riset Counterpoint, Ankit Malhotra.
Analis tersebut juga menggarisbawahi bahwa perangkat 5G termurah di dunia, Realme V3, ditenagai oleh MediaTek.
Selain MediaTek dan Qualcomm, Samsung, Apple, dan Huawei masing-masing mendapatkan 12 persen pangsa pasar di kuartal ketiga.
Sementara Huawei tidak mengalami pertumbuhan apa pun selama kuartal tersebut, pangsa Samsung turun dari 16 persen, dan pangsa Apple tumbuh dari 11 persen yang dilaporkan untuk kuartal kedua.
Baca juga: Apple kekurangan pasokan "chip" iPhone
Baca juga: Korsel siapkan 50 jenis chip kecerdasan buatan
Baca juga: MediaTek perluas platform 5G dengan chipset untuk router
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020