• Beranda
  • Berita
  • Disiplin protokol kesehatan kunci atasi pandemi COVID-19

Disiplin protokol kesehatan kunci atasi pandemi COVID-19

26 Desember 2020 15:17 WIB
Disiplin protokol kesehatan kunci atasi pandemi COVID-19
Sejumlah penumpang kereta api jarak jauh menunggu keberangkatan di Stasiun Kotabaru, Malang, Jawa Timur, Rabu ( 23/12/2020). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Telah 10 bulan pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Wabah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 itu tidak hanya telah mengganggu kesehatan masyarakat, tetapi juga melemahkan ekonomi dan menimbulkan efek domino terhadap sektor lain.

Dampak akibat pandemi itu masih belum sepenuhnya dapat diatasi dan masyarakat tampaknya mulai jenuh dengan kondisi sulit yang harus mereka hadapi.

Karena itulah, kehadiran vaksin dianggap sebagai satu-satunya harapan terakhir untuk dapat mengatasi masalah yang berkepanjangan ini.

Dalam upaya menanggulangi wabah COVID-19, pemerintah telah melakukan banyak hal untuk mencegah penyebaran, menangani wabah dan mengatasi dampak yang ditimbulkannya.

Salah satunya adalah memberikan arahan kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, yaitu dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak serta menghindari kerumunan untuk mencegah penyebaran dari satu orang ke orang lain.

Selain itu, pemerintah juga memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk membatasi aktivitas masyarakat yang berpotensi menimbulkan kerumunan hingga memicu peningkatan jumlah pasien.

Selanjutnya, suntikan dana bagi pelaku usaha untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan upaya perlindungan sosial melalui bantuan langsung tunai guna memacu daya beli warga juga ditempuh untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan terhadap sektor ekonomi.

Adapun vaksin COVID-19 yang dianggap sebagai satu-satunya harapan terakhir untuk mengatasi permasalahan juga telah didatangkan ke Indonesia dan akan diberikan secara gratis kepada seluruh masyarakat Indonesia.


Persiapan vaksinasi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam bincang-bincang daring bertajuk "Outlook 2021" di Jakarta, Kamis (24/12) mengungkapkan bahwa untuk pengadaan vaksin, pemerintah telah menyediakan anggaran sekitar Rp73 triliun, dengan vaksinasi yang rencananya akan dilakukan pada 2021.

Anggaran itu diperoleh dari dana cadangan sebesar Rp18 triliun dan dana sekitar Rp36,4 triliun dari anggaran kesehatan dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang tidak terserap pada 2020 dan dialihkan untuk 2021.

Airlangga menuturkan bahwa vaksin yang disediakan beragam mereknya. Salah satu yang sudah tiba di Indonesia adalah 1,2 juta dosis vaksin jadi dari produk Sinovac, China.

Pada 2021, 1,8 juta vaksin lain dari Sinovac direncanakan akan kembali didatangkan ke Indonesia, disusul kehadiran 15 juta dosis vaksin lain yang masih berbentuk bahan baku.

Sebelum bisa dipakai, pemerintah masih perlu menunggu izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan emergency use authorization sebagai salah satu syarat utama vaksin dapat digunakan.

Sebelum mengeluarkan izin itu, BPOM harus melengkapi hasil uji klinis lain yang dilakukan di negara lain. Dan dalam beberapa hari ke depan, BPOM diperkirakan akan mendapatkan hasil itu dari penelitian atau uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Brasil, uji klinis tahap pertama dan kedua dari Sinovac di China, dan laporan hasil uji klinis yang dilakukan di Bandung.

"Sehingga dengan tiga data itu dikombinasikan BPOM secara scientific, kita harap pada Januari (2021) emergency use authorization bisa diberikan," kata Airlangga.

Apabila sudah keluar izin dari BPOM, vaksinasi bisa dilakukan dengan penyuntikan sebanyak dua dosis, sehingga total vaksin yang akan digunakan dari 1,2 juta dosis vaksin yang sudah ada adalah 600 ribu dosis.

Selain Sinovac, Kementerian Kesehatan juga telah menetapkan lima vaksin lain yang akan digunakan di Indonesia sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9860 Tahun 2020.

Kelima vaksin itu berasal dari Astra Zeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer dan BioNTech, serta vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero).


Abai Protokol

Dalam perjalanan menantikan izin dari BPOM untuk penggunaan vaksin, sebagian masyarakat tampaknya belum bisa bersabar dan mulai jenuh dengan kondisi serba sulit yang mereka hadapi.

Banyak dari mereka kemungkinan beranggapan hadirnya vaksin akan dapat mengatasi semua persoalan, sehingga larut dalam euforia dan melupakan fakta bahwa penyebaran COVID-19 masih terus terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Kondisi tersebut dapat dibuktikan dari laporan Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo yang menyebutkan tingkat disiplin masyarakat untuk melaksanakan 3M atau protokol kesehatan mengalami penurunan di semua daerah, sehingga memicu peningkatan angka kasus aktif COVID-19 di Indonesia.

"Tingkat disiplin masyarakat di hampir semua daerah mengalami penurunan. Awal November lalu tingkat kepatuhan memakai masker ada di kisaran 86,18 persen, namun di minggu-minggu selanjutnya mengalami penurunan," kata Doni dalam bincang-bincang daring tentang "Outlook 2021: Wajah Indonesia Setelah Pandemi" di Jakarta, Kamis (24/12).

Menurut data Satgas Penanganan COVID-19 pada Jumat (25/12), jumlah kasus harian COVID-19 di Indonesia melonjak mencapai 7.259 kasus, sehingga total konfirmasi positif menjadi 700.097 orang.

Meski kasus sembuh juga bertambah berkat upaya penanganan yang lebih baik, tetapi kasus kematian juga tampaknya belum dapat dikendalikan secara optimal sehingga jumlahnya terus bertambah dari hari ke hari, dengan angka kematian harian saat ini telah mencapai 258 orang, menjadikan total kasus meninggal akibat COVID-19 mencapai 20.847 orang.

Sementara itu, jumlah suspect yang masih dipantau juga sebanyak 67.464 orang, sedangkan konfirmasi positif COVID-19 yang masih diawasi mencapai 700.097 orang.

Lonjakan kasus harian COVID-19 tampaknya masih akan terus bertambah mengingat Hari Libur Natal baru berlalu dan Libur Tahun Baru 2021 baru akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.

Untuk itu, Doni Monardo terus mengingatkan masyarakat bahwa vaksin bukanlah satu-satunya solusi dan bahwa protokol kesehatan harus terus dijalankan secara disiplin dan dilakukan secara masif, meski vaksin telah ada.

"Ini perlu disadari, pemerintah tidak bisa kerja sendiri. Perlu gerakan masif melibatkan semua komponen masyarakat, terutama tokoh-tokoh nonformal yang dapat memberi pengaruh langsung ke masyarakat," katanya.

Jika semua pihak bekerja ikhlas, ia optimistis Indonesia akan melewati pandemi COVID-19 dengan baik. Hal tersebut sudah terbukti di Jawa Timur, yang angka kasus penularannya sangat tinggi sehingga semua daerah di provinsi tersebut berstatus merah.

Namun demikian, berkat kerja keras semua pihak, termasuk dukungan dari masyarakat melalui penerapan protokol secara disiplin, angka penularan kasus positif COVID-19 di provinsi itu menurun drastis pada awal November lalu.

"Kalau kita sungguh-sungguh ingin kurangi kasus, kuncinya hanya satu, disiplin, patuh pada protokol kesehatan. Karena kita tahu penularan lewat aerosol. Artinya kalau tidak jaga jarak dan pakai masker, maka dengan cepat bisa tertular, terlebih jika sekitarnya tidak menggunakan masker dan tidak jaga jarak," kata Doni.

Kolaborasi dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk menegakkan penerapan protokol 3M dalam pencegahan COVID-19 dan pelaksanaan 3T, yaitu testing, tracing dan treatment, dalam penanganan wabah itu.

Baca juga: Doni ajak masyarakat di rumah saja saat libur Natal-Tahun Baru

Selain itu, Presiden Joko Widodo bahkan juga menegaskan bahwa vaksin COVID-19 yang sudah ada tidak akan menjamin semua bisa terhindar dari penyakit itu.

Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan adalah kunci utama untuk mengatasi pandemi.

Dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik dan menjaga jarak serta menghindari kerumunan, penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 terbukti dapat dicegah secara maksimal.

Baca juga: Doni tegaskan tetap jalankan protokol kesehatan meski ada vaksin

Selain itu, penerapan gaya hidup sehat dan konsumsi makanan bergizi juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, yang diyakini dapat juga mencegah penularan COVID-19.

Sehingga jika seseorang pada akhirnya terpapar COVID-19, dengan daya tahan tubuh yang kuat, orang itu setidaknya hanya akan mengalami gejala ringan hingga sedang atau bahkan tanpa gejala, tidak separah dampak kesehatan yang dirasakan oleh orang-orang yang rentan, seperti lansia atau seseorang yang sebelumnya memiliki penyakit penyerta.

Baca juga: Ketua Satgas COVID-19: Presiden arahkan tidak boleh kendor

Dengan upaya penanggulangan yang telah dilakukan banyak pihak untuk mengatasi pandemi COVID-19, sudah selayakya wabah itu dapat dengan cepat diatasi.

Untuk itu, kolaborasi lebih solid dari seluruh masyarakat diperlukan agar penerapan protokol kesehatan dapat dijalankan dengan lebih baik sehingga pandemi dapat segera ditanggulangi.


#satgascovid19
#ingatpesanibujagajarak

Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020