"Bisa dikatakan bahwa kemacetan di Puncak sudah pada tahap kronis dan ini harus segera kita selesaikan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan," kata Menhub Budi Karya saat membuka Webinar Puncak Mengapa Diminati Meski Macet Menanti di Jakarta, Selasa.
Dikatakan, berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan oleh berbagai pihak tapi masih dalam jangka pendek, seperti di waktu tertentu libur panjang diberlakukan satu arah serta buka tutup arus lalu lintas yang sifatnya hanya sementara.
Baca juga: Satgas COVID-19 Bogor tetapkan Kawasan Puncak zona merah COVID-19
Menhub mengatakan, Puncak sejak 1970 sudah jadi kawasan yang diminati masyarakat dan semakin banyak hotel dan tempat makan serta udara sejuk sehingga makin digemari pada saat akhir pekan. Kunjungan wisatawan di Puncak pun saat ini bukan saja didominasi warga dari Jakarta tapi juga mancanegara sudah menjadi destinasi wisata.
"Permintaan yng terus tumbuh di kawasan Puncak membuat pembangunan yang dilakukan berbagai pihak membuat juga makin bertambah dan tentu dampaknya sering terjadi kemacetan kronis setiap akhir pekan, libur panjang," kata Menhub.
Menhub mengakaui kemacetan di Puncak tidak dapat diselesaiakan di sisi transportasi semata dan perlu dukungan dari berbagai pihak. "Saya sangat mengapresiasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang juga memikirkan tata ruang wilayah Bopujur (Bogor, Puncak dan Cianjur)," katanya.
Baca juga: Pembukaan 1,1 km jalur Puncak Dua Bogor rampung digarap TNI
Dalam menata transportasi di Puncak, Menhub mengingatkan pemerintah juga memikirkan perkembangan ekonomi, masalah sosial dan budaya serta tetap menjaga wilayah tersebut asri dan nyaman.
Pemerintah ingin ada satu narasi lebih komprehensif yang satu sisi bisa berikan layanan kepada masyarakat tapi juga memberikan solusi jangka panjang mengurangi kemacetan bagi masyarakat.
"Kita berpikir membuat Autonomous Rail Rapid Transit (Sistem bus berpemandu nonrel untuk transportasi penumpang perkotaan) yang bisa memuat banyak penumpang," katanya.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020