Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) menjelaskan, vaksin bekerja dengan mengajari sistem kekebalan tubuh bagaimana mengenali dan melawan virus yang menyebabkan COVID-19.
Hal senada diungkapkan asisten profesor ilmu kebidanan, ginekologi dan reproduksi di University of California, San Francisco, Dr. Stephanie Gaw.
Baca juga: Paul McCartney bahas vaksin saat rilis album baru
Baca juga: Kata dokter tentang sensasi bengkak di wajah usai divaksin COVID-19
Mereka seperti dikutip dari Livescience, mengungkapkan, vaksin yang dikembangkan Pfizer, BioNTech dan Moderna tidak mengandung virus corona, melainkan mengandung molekul atau disebut mRNA yang tidak dapat menyebabkan infeksi dalam tubuh.
Lebih lanjut, terkadang proses tubuh mengenali dan melawan virus bisa menimbulkan gejala, seperti demam. Kondisi ini normal karena merupakan tanda tubuh sedang membangun kekebalan.
Menurut CDC, tubuh biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk membangun kekebalan setelah vaksinasi. Ini artinya, bisa saja orang terkena terinfeksi virus penyebab COVID-19 sebelum atau setelah vaksinasi lalu jatuh sakit karena karena vaksin belum punya cukup waktu untuk memberikan perlindungan.
Internis di University of Illinois School of Public Health, Jay Bhatt dan dokter di Massachusetts, Shazia Ahmed seperti dikutip dari ABC News, mengatakan, vaksin Pfizer, BioNTech dan Moderna membutuhkan dua dosis yang diberikan dengan jarak dua minggu.
Menurut mereka, bergantung pada vaksinnya, perlu waktu empat hingga enam minggu sejak pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding seperti dalam uji klinis.
Dengan kata lain, seperti diungkap CDC, selama waktu ini, Anda masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit.
Fakta lain mengenai vaksin COVID-19, yakni tidak akan membuat Anda mendapatkan hasil positif pada tes COVID-19, menurut uji klinis yang dilakukan di Amerika Serikat.
Saat tubuh Anda mengembangkan respons imun, yang merupakan tujuan vaksinasi, ada kemungkinan Anda dapat mendapat hasil positif dalam tes antibodi.
Tes antibodi menunjukkan Anda pernah mengalami infeksi sebelumnya sekaligus kemungkinan perlindungan tertentu terhadap virus. Para ahli saat ini sedang melihat bagaimana vaksinasi COVID-19 dapat memengaruhi hasil pengujian antibodi.
Fakta lain vaksin yakni para penyintas COVID-19 masih bisa mendapatkan manfaat vaksin karena ada kemungkinan terkena infeksi kembali.
Saat ini para ahli kesehatan belum mengetahui sampai kapan seseorang terlindungi dari COVID-19 setelah sembuh. Beberapa bukti awal menunjukkan kekebalan alami mungkin tidak bertahan lama.
Walau begitu, para pakar kesehatan sepakat vaksin dapat membantu Anda mencegah terkena COVID-19 dengan menciptakan respons antibodi tanpa harus membuat Anda mengalami sakit.
Baca juga: Sudah kena COVID-19, masih butuh divaksin?
Baca juga: Sudah divaksin COVID-19, perlukah tetap lakukan 3M?
Baca juga: Vaksin COVID-19 amankah untuk ibu hamil?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021