Badan Pusat Statistik (BPS) memberi sinyal bahwa daya beli masyarakat mulai membaik karena salah satu indikatornya yakni inflasi komponen inti tumbuh positif mencapai 0,05 persen pada Desember 2020.
“Indikator daya beli masyarakat di mana inflasi inti sebagai indikator, tercatat positif di Desember 2020,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam jumpa pers secara virtual di Jakarta, Senin.
Meski tumbuh positif, lanjut dia, tren inflasi inti mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.
Setianto merinci secara bulanan, peningkatan inflasi inti mulai terjadi pada Oktober 2020 inflasi inti mencapai 0,04 persen kemudian melonjak pada November mencapai 0,06 persen dan pada Desember 2020 menurun mencapai 0,05 persen.
Baca juga: Menteri PPN: Daya beli masyarakat yang hilang dekati Rp1.000 triliun
Adapun secara tahunan, inflasi inti hingga tutup tahun 2020 mencapai 1,60 persen.
Meski begitu, lanjut dia, untuk menunjukkan daya beli membaik atau tidak, juga perlu dilengkapi tingkat konsumsi rumah tangga dan geliat permintaan di pasar.
“Namun secara umum bisa kita berharap bahwa daya beli masyarakat akan terus membaik di masa yang akan datang,” imbuhnya.
Sedangkan dua komponen lain yang membentuk inflasi yakni harga yang diatur pemerintah (administrative price) pada Desember 2020 mencapai 0,35 persen, dan komoditas yang harganya bergejolak (volatile) 2,17 persen.
Sementara itu, secara umum inflasi selama 2020 mulai meningkat sejak Oktober 2020 yang mencapai 0,07 persen kemudian naik pada November mencapai 0,28 persen dan Desember 2020 sebesar 0,45 persen.
Baca juga: Kepala Bappenas sebut daya beli masyarakat masih tertekan pada 2021
Sepanjang tahun 2020, inflasi tercatat mencapai 1,68 persen, atau terendah sejak 2014.
BPS mencatat 10 komoditas yang memberi andil besar terhadap inflasi nasional selama 2020 tertinggi yakni emas perhiasan kondisi satu tahun sebesar 0,26 persen, kemudian cabai merah 0,16 persen, minyak goreng 0,10 persen.
Selanjutnya, rokok kretek filter dan rokok kretek putih masing-masing sebesar 0,09 persen, daging ayam ras sebesar 0,05 persen.
Kemudian, telur ayam ras, ikan segar, nasi dengan lauk dan uang kuliah perguruan tinggi masing-masing sebesar 0,04 persen.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021