• Beranda
  • Berita
  • Kerugian warga Aceh akibat banjir pada 2020 capai Rp153 miliar

Kerugian warga Aceh akibat banjir pada 2020 capai Rp153 miliar

4 Januari 2021 17:39 WIB
Kerugian warga Aceh akibat banjir pada 2020 capai Rp153 miliar
Dokumentasi - Babinsa TNI Kodim 0103 Aceh Utara membantu evakuasi korban banjir di Desa Hasan Kareung, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Sabtu (5/12/2020). ANTARA FOTO/Rahmad/foc.

Total kerugian masyarakat akibat bencana pada 2020 Rp291 miliar, di antaranya karena banjir Rp153 miliar

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan banjir merupakan bencana yang paling banyak memberikan dampak kerugian bagi masyarakat Aceh sepanjang 2020 yaitu mencapai Rp153 miliar.

“Total kerugian masyarakat akibat bencana pada 2020 mencapai Rp291 miliar, di antaranya karena banjir sekitar Rp153 miliar,” kata Kepala Pelaksana BPBA Sunawardi di Banda Aceh, Senin.

Dia menjelaskan kerugian akibat banjir memang sangat tinggi di Aceh, termasuk banjir bandang yang menimbulkan paling banyak kerugian baik kepada masyarakat maupun infrastruktur. BPBA mencatat pada tahun 2020 kejadian banjir di Aceh mencapai 95 kali.

Baca juga: Banjir meluas, ribuan warga Aceh Timur terdampak

“Banjir paling banyak disebabkan meluapnya air sungai dan pembalakan liar yang menyebabkan banjir bandang,” kata Sunawardi.

Menurut dia, Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah menginisiasi agar sumber penyebab banjir perlu diidentifikasi untuk dilakukan studi kelayakan dan menyusun langkah-langkah untuk pelaksanaan secara bertahap.

Kata dia, gubernur mencontohkan apa yang dilakukan negara Belanda dengan perencanaan yang baik dan membutuhkan waktu seratus tahun untuk mewujudkannya.

Baca juga: BMKG prakirakan empat daerah di Aceh masih alami hujan ekstrem

“Aceh juga harus memulai walaupun butuh waktu lama tapi kita berusaha melakukan penyelesaian sehingga semua pihak focus pada satu tujuan tersebut,” katanya, menyampaikan pernyataan Nova.

Sunawardi tidak menampik bahwa penanganan banjir masih banyak terkendala, mulai dari luas wilayah banjir yang harus dikendalikan, membutuhkan biaya yang besar hingga sebagian besar sungai besar di wilayah Aceh berada di bawah kewenangan pemerintah pusat.

“Belum lagi ini diperparah tata kelola lingkungan yang buruk, pembalakan liar dan pembakaran hutan dan lahan,” katanya.

Baca juga: Ratusan rumah di Aceh Timur terendam banjir

Namun untuk penanganan jangka pendek, kata dia, BPBA tengah mempersiapkan desa tangguh dengan memasukan anggaran desa dalam kebutuhan kesiapsiagaan dan penanganan darurat. Kemudian juga rencana memperbanyak membangun shelter vertikal untuk korban banjir.

“Sedangkan penanganan masa darurat masih seputar pemenuhan kebutuhan masyarakat, sandang, pangan, kebutuhan air bersih dan huntara,” katanya.

Pada 2020, BPBA mencatat 802 kali bencana terjadi di Aceh, di antaranya kebakaran pemukiman 289 kali, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 205 kali, angin puting beliung 100 kali, banjir 95 kali dan longsor 57 kali.

Selanjutnya, banjir dan longsor 13 kali, abrasi 12 kali, banjir bandang lima kali, banjir rob dua kali, kekeringan dua kali, sekali peritiwa gelombang pasang serta gempa bumi magnitudo antara 5,0 hingga 5,3 sebanyak 21 kejadian.

Baca juga: Ribuan korban banjir di Aceh Utara dan Aceh Timur terima bantuan beras

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021