Pada Senin, siswa-siswa yang mengenakan masker berbaris untuk pemeriksaan suhu dan cuci tangan sebelum diizinkan masuk ke sekolah dasar Sovannaphumi di Ibu Kota Phnom Penh.
Sementara sekolah swasta mulai dibuka kembali minggu ini, siswa di sekolah umum akan mulai bersekolah minggu depan.
Di Museum Genosida Tuol Sleng, bekas pusat penyiksaan dan penjara Khmer Merah di ibu kota negara itu, staf dan pengemudi ojek "tuk tuk" menunggu kedatangan pengunjung.
"Saya khawatir kami dapat terinfeksi, tetapi saya melihat bahwa kami warga Kamboja mengikuti instruksi yang ditetapkan oleh pemerintah tentang penggunaan masker, mencuci tangan dengan alkohol atau sabun, dan menjaga jarak," kata Theun Ngor (43), seorang pengemudi "tuk-tuk".
Kebijakan itu kontras dengan beberapa negara tetangga yang menghadapi pembatasan baru karena peningkatan kasus COVID-19.
Kamboja, negara Asia Tenggara berpenduduk lebih dari 16 juta orang, adalah salah satu yang paling sedikit terdampak virus corona dengan hanya 382 kasus dan tidak ada kematian sejak awal pandemi. Namun, negara itu mencatat sekelompok kasus langka pada November.
Pada November, Kamboja memberlakukan pembatasan setelah wabah langka yang terkait dengan seorang wanita berusia 56 tahun yang telah melakukan perjalanan ke dua kota terbesar di negara itu sejak 20 November.
Ketika Kamboja melonggarkan pembatasan, pihak berwenang di negara tetangganya, Thailand, memperingatkan bahwa negara itu dapat menghadapi penguncian yang ketat karena jumlah infeksi meningkat dan mungkin mengumumkan 28 provinsi sebagai zona risiko tinggi.
Saat menyambut prospek bisnis yang lebih luas, seorang penjual kopi di dekat Museum Tuol Sleng prihatin setelah mendengar bahwa beberapa warga Kamboja yang bekerja di Thailand telah terinfeksi.
"Saya sangat khawatir mereka bisa menyebarkannya di sini lagi," kata Ngeth Sokuntheary (27), saat dia menyiapkan es kopi.
Sumber: Reuters
Baca juga: PM Kamboja: Imbas COVID, tak ada kenaikan gaji PNS, militer dan polisi
Baca juga: Kamboja konfirmasi 15 kasus baru COVID-19 impor
Epidemiolog sebut sekolah tatap muka pada 2021 masih berisiko
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021