Adalah Suhartono, salah seorang petugas pemakaman. Sejak awal pandemi COVID-19 ini mulai melanda Tanah Air, dirinya sudah merasa prihatin. Satu per satu pasien mulai berjatuhan. Ada yang dirawat, berhasil sembuh, namun tidak jarang yang meninggal dunia.
Tak dipungkiri, awal tergabung menjadi relawan yang ikut memakamkan pasien COVID-19, ada rasa takut di benak Suhartono. Bayangan belum ada obat, hingga ancaman ikut terpapar sering menghantuinya.
Bahkan, ketika awal-awal saat pemakaman hanya mengenakan baju seadanya. Tanpa baju yang standar kesehatan, dirinya dan rekan-rekannya nekat memakamkan pasien.
Berbekal dengan jas hujan membalut tubuh Suhartono. Sebagai perekat, jas hujan direkatkan dengan lem isolasi, agar tidak kendor. Pun itu diharapkan bisa melindungi tubuh dari paparan virus tersebut.
Dia dan rekannya direkrut sejak awal pandemi. Dulu, tidak ada yang mau karena takut. Siapa yang tidak takut? Baju pun masih pakai jas hujan, APD masih langka.
Bersama empat rekannya, Kusmaji, Pujiono, Ari Yuana, dan Jemiki Tianto, ia bertugas sebagai relawan untuk memakamkan pasien COVID-19.
Tugas itu diembannya sejak awal pandemi COVID-19 hingga sekarang ini. Hanya berlima, tak menyurutkan langkah mereka untuk memakamkan jenazah.
Baca juga: Sekitar 4 ribu nakes di Kediri akan diberi vaksin COVID-19
Baca juga: Kota Kediri tetap berlakukan pembelajaran sekolah dari rumah
Sudah pakai hazmat
Setidaknya sudah lebih dari 50 jenazah warga Kota Kediri telah dimakamkan Suhartono dengan rekan-rekannya. Kendati ancaman paparan COVID-19 nyata di depan mata, tak menyurutkan langkah Suhartono dan rekan-rekannya.
Bahkan, hari ini, Selasa (5/1) dirinya mempersiapkan pemakaman jenazah di Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Ada empat jenazah yang dimakamkan pada hari ini.
Paling banyak yang pernah mereka makamkan, lima jenazah dalam satu hari.
Bagi Suhartono, ada banyak cerita saat bertugas menjadi relawan untuk memakamkan pasien COVID-19. Selain ancaman terpapar, jumlah jenazah yang dimakamkan, minimnya alat pelindung diri menjadi cerita yang tak akan bisa hilang dari ingatannya.
Ia juga ikut sedih dengan banyaknya warga meninggal apalagi mereka dimakamkan dengan protokol khusus, tanpa dihadiri anggota keluarga.
Namun, kini Suhartono dan rekan-rekannya sudah mulai lega. Menjadi relawan, kini mereka sudah dibekali dengan alat pelindung diri khusus. Baju hazmat selalu dikenakan saat bertugas.
Baju hazmat pun juga diberikan khusus. Baju itu sekali pakai. Jika pindah lokasi pun, baju harus ganti dengan yang baru. Semua dilakukan demi keamanan dan kesehatan.
Alhamdulillah, sekarang sudah dapat APD lengkap dari Pemkot Kediri, ujar Kusmaji. APD itu sekali pakai. Kalau sudah selesai, dibakar. Bila pindah tempat meski dalam satu hari, pakai yang baru lagi.
Baca juga: Polres Kediri lakukan penyekatan 23 titik cegah kerumunan
Baca juga: Perawat di RSUD Gambiran Kediri meninggal terpapar COVID-19
Upah
Suhartono dan rekan-rekannya adalah relawan. Namun, mereka ternyata tetap mendapatkan hak berupa upah untuk memakamkan pasien yang terpapar COVID-19.
Upah yang diberikan juga dinilai cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan upah itu, bisa memenuhi kebutuhan keluarga di tengah himpitan kebutuhan yang terus naik.
Terlebih lagi, pandemi COVID-19, membuat sejumlah pekerjaan sempat tersendat. Kendati awalnya hanya relawan, dirinya bersyukur karena dapat upah.
Upah yang diberikan Pemkot Kediri itu tentunya sangat berarti bagi Suhartono dan rekan-rekannya.
Upah tersebut dihitung setiap kali ada pekerjaan dan segera dibayarkan usai pemakaman. Jika tidak ada perintah untuk pemakaman, ia dengan rekan-rekannya yang lain kembali pada pekerjaan masing-masing. Ada yang tukang las, punya bengkel, dan lainnya.
Suhartono mengungkapkan dirinya dan rekan-rekan hanya memakamkan jenazah atas permintaan dari dari Dinas Kesehatan Kota Kediri. Begitu ada pemakaman, semua dipanggil untuk menguburkan jenazah.
APD langsung dikenakan dan menuju ke lokasi pemakaman, sesuai dengan tempat tinggal almarhum sebelumnya.
Kepala Bidang Permukiman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri Moch Syaifudin menambahkan pihaknya selalu koordinasi dengan dinas kesehatan terkait dengan pemakaman pasien yang diduga terpapar COVID-19.
Tanpa ada permintaan dari dinas kesehatan, pihaknya tidak bisa melayani karena harus menunggu kepastian terkait dengan jenazah terpapar atau tidak.
Kasi Pengelolaan Pemakaman Dinas Permukiman Kota Kediri Lingga Gunawan menjelaskan bahwa tugas mereka mengangkat peti jenazah dari mobil hingga memakamkan dengan protokol COVID-19.
Sedangkan untuk menggali liang lahat biasanya dilakukan oleh penduduk setempat. Terdapat upah tersendiri untuk penduduk yang membantu tersebut.
Pemkot pun tak pernah menunda upah. Pihaknya juga selalu berupaya memberikan upah secepatnya kepada para petugas. Hal itu dilakukan agar uang yang didapat bisa untuk kebutuhan sehari-hari keluarga.
Tim penggali kubur mendapat upah Rp2 juta untuk satu titik makam, menggali, dan mengubur. Tim penggali makam, yang biasanya penduduk setempat, mendapatkan upah Rp1 juta sedangkan tim petugas pemakaman mendapatkan upah Rp1 juta rupiah. Semua rata.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar juga mengungkapkan tentang honor yang diterima bagi petugas yang terlibat dalam prosesi pemakaman pasien COVID-19 baik positif maupun suspek.
Selain honor, petugas tersebut juga harus mengenakan baju hazmat. Proses pemakaman juga dilakukan dengan khusus.
Wali Kota pun membantah adanya isu honor petugas penggali makam yang belum terbayarkan selama bulan Juli - Desember 2020, karena untuk semua petugas penggali dan penutup makam sudah diselesaikan oleh Pemkot Kediri sebelum tutup anggaran 2020.
Wali Kota minta kalau ada yang belum terbayar silahkan adukan kepada dirinya langsung
Baca juga: RS SLG Kabupaten Kediri persiapkan tenda tangani pasien COVID-19
Baca juga: Gandeng komunitas disabilitas, PKK Kediri-Jatim bagikan masker
Tekan kasus
Upaya menekan kasus penyebaran COVID-19 terus dilakukan oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Kediri. Selain rutin koordinasi dengan seluruh jajaran, juga tim rutin menggelar sosialisasi tentang COVID-19.
Pemerintah terus giat agar masyarakat disiplin menerapkan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak demi keselamatan diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
Jajaran Kepolisian Resor Kota Kediri dengan tim terkait lainnya seperti Satpol PP Kota Kediri dan TNI pun giat melakukan patroli, physical distancing serta melakukan penyekatan sejumlah ruas jalan. Hal ini dilakukan terutama saat malam malam pergantian tahun.
Kebijakan itu rupanya membawa dampak yang cukup bagus, karena tidak nampak keramaian. Jalan raya relatif lengang.
Pemkot Kediri pun kini juga mulai menyiapkan untuk keperluan vaksinasi COVID-19. Ada sekitar 4 ribu tenaga kesehatan yang akan mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 pertama kali. Mereka adalah yang bertugas di rumah sakit, puskesmas dan layanan kesehatan lainnya.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kota Kediri dr Fauzan Adima mengatakan jumlahnya sekitar 4 ribu tenaga kesehatan. Tahap pertama (Januari-April 2021), setelah itu public worker seperti polisi, TNI dan lain-lain.
Pemkot Kediri kini hanya menunggu waktu dari pusat terkait dengan jadwal pemberian vaksin. Diharapkan, dengan itu nantinya penyebaran COVID-19 bisa lebih ditekan lagi.
Di Kota Kediri, kasus COVID-19 hingga Senin (4/1) mencapai 750 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Dari jumlah itu, 604 orang telah sembuh, 60 orang telah meninggal dunia.*
Baca juga: DAOP 7 Madiun tiadakan penjualan langsung tiket kereta api lokal
Baca juga: DAOP 7 Madiun tiadakan penjualan langsung tiket kereta api lokal
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021