• Beranda
  • Berita
  • Harga emas anjlok 45,8 dolar, setelah naik 5 hari beruntun

Harga emas anjlok 45,8 dolar, setelah naik 5 hari beruntun

7 Januari 2021 06:26 WIB
Harga emas anjlok 45,8 dolar, setelah naik 5 hari beruntun
Ilustrasi - Emas batangan yang ditumpuk. ANTARA/Shutterstock/pri. (ANTARA/Shutterstock)

1.900 dolar AS adalah poros penting yang perlu dipertahankan untuk mempertahankan narasi bullish jangka pendek

Emas jatuh lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah aksi ambil untung dari kenaikan lima hari beruntun dipicu oleh rebound dolar saat imbal hasil obligasi AS melonjak, dengan investor bertaruh pada kemenangan Demokrat dalam pemilihan putaran kedua Senat AS di negara bagian Georgia.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, anjlok 45,8 dolar AS atau 2,34 persen menjadi ditutup pada 1.908,60 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (5/1/2021), emas berjangka naik 7,8 dolar AS atau 0,4 persen menjadi 1.954,40 dolar AS.

Harga e​​​​​​mas berjangka melonjak 51,5 dolar AS atau 2,72 persen menjadi 1.946,60 dolar AS pada Senin (4/1/2021), setelah naik tipis 1,7 dolar AS atau 0,09 persen menjadi 1.895,10 dolar AS pada Kamis (31/12/2020), setelah terangkat dua hari sebelumnya masing-masing 10,50 dolar AS dan 2,5 dolar AS.

Baca juga: Harga emas naik lagi 7,8 dolar, ditopang pelemahan "greenback"

"Imbal hasil (obligasi) yang lebih tinggi telah mengangkat dolar dan memicu aksi jual emas yang lebih cepat," ka Kepala Perdagangan Derivatif Logam Dasar dan Mulia  BMO, Tai Wong.

"1.900 dolar AS adalah poros penting yang perlu dipertahankan untuk mempertahankan narasi bullish jangka pendek," jelasnya.

Imbal hasil obligasi AS 10-tahun naik di atas satu persen untuk pertama kalinya sejak Maret, meningkatkan peluang kerugian untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Baca juga: Saham Spanyol melonjak, Indeks IBEX 35 melambung 3,20 persen

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, berbalik menguat setelah turun ke posisi terendah 2,5 tahun, membuat emas kurang menarik bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.

Tetapi Wong dari BMO mengatakan ini adalah kesempatan membeli. "Kongres Demokrat dengan Biden di Gedung Putih adalah izin untuk berbelanja, dan itu bukan lingkungan emas yang lebih rendah."

Dengan investor memperkirakan lebih banyak stimulus fiskal ketika Demokrat memimpin dalam pemilihan putaran kedua yang akan menentukan kendali Senat AS, emas tetap didukung sebagai lindung nilai inflasi.

Baca juga: Saham Prancis melambung, Indeks CAC 40 terangkat 1,19 persen

Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger, mengatakan kemunduran itu adalah langkah jangka pendek karena potensi "Gelombang Biru" di Senat AS akan menjadi negatif bagi dolar serta "mendukung emas dan perak dari perspektif jangka panjang".

Angka ekonomi yang dirilis pada Rabu (6/1/2021) juga beragam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan pabrik meningkat satu persen pada November setelah melonjak 1,3 persen pada Oktober.

Baca juga: Saham Jerman berbalik "rebound," Indeks DAX 30 melonjak 1,76 persen

Laporan ketenagakerjaan Automated Data Processing Inc. (ADP) yang dirilis pada hari yang sama menunjukkan sektor swasta AS kehilangan 123.000 pekerjaan pada Desember, kerugian pertama sejak bulan April.

Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret anjlok 59,8 sen atau 2,16 persen menjadi ditutup pada 27,042 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April merosot 9,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi menetap pada 1.110,2 dolar AS per ounce.

Baca juga: Saham Inggris untung 3 hari beruntun, Indeks FTSE melejit 3,47 persen

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021