Kisah tentang pandemi bukan melulu cerita getir dan pahitnya hidup karena kehilangan, melainkan kebangkitan dan tekad untuk menggarap peluang.Dengan bantuan dari program BPUM ini, saya bisa membeli gerobak untuk melanjutkan usaha dimsum
Inda Afriyani salah satunya, perempuan dari sebuah desa kecil di Palembang, Sumatera Selatan itu, tak ingin berpangku tangan.
Awalnya ia merasakan hidup yang semakin berat dijalani ketika semua usaha yang sedang ia rintis dihantam keras oleh pandemi, yang mengakibatkan kebijakan mengharuskan banyak orang harus tinggal di rumah.
Usaha jualan jus buahnya sempat mangkrak, ketika modal ludes digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Harapannya seketika cerah ketika bantuan pemerintah yang tak disangka-sangka menyapanya dan menjadikannya sebagai salah satu penerima bantuan. Inda tercatat sebagai salah satu dari 12 juta penerima Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) di Indonesia.
Ia mengaku bantuan itu sangat mengurangi beban dia untuk membeli sejumlah keperluan usahanya seperti membeli dan mengangsur buah, cup sealer, blender, dan alat-alat penunjang usaha. Sekaligus menjadi suntikan darah baru yang membuat usahanya bisa kembali bangkit.
Bagi Inda, pandemi COVID-19 benar-benar menggerus pendapatannya dari berjualan jus buah. Jika biasanya bisa meraup Rp100.000-Rp150.000 per hari, namun setelah pandemi melanda pendapatan Inda pernah anjlok menjadi Rp50.000 per hari.
“Saya bersyukur dengan adanya Program BPUM, saya terima dana sejumlah Rp2,4 juta dan bisa terus melanjutkan usaha,” ujar Inda.
Memang 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan dengan adanya situasi pandemi COVID-19. Yang hanya dialami oleh masyarakat di Indonesia tetapi juga dialami oleh 220 negara lainnya.
Situasi saat ini berbeda dengan krisis 1998 dan 2008 yang justru memberikan peluang kepada UMKM untuk menjadi penopang ekonomi. Saat ini akibat pandemi, UMKM justru sangat terdampak, baik dari sisi supply maupun demand. Hal ini utamanya disebabkan adanya pembatasan interaksi fisik yang menyebabkan perubahan perilaku dan juga pola konsumsi konsumen.
Baca juga: KSP berharap BPUM bantu pelaku usaha mikro bertahan di masa pandemi
Arus Ekonomi
Faktanya tak hanya Inda, mereka yang datang dari arus ekonomi terbawah ternyata masih tetap mampu menumpu sektor riil dengan sangat nyata.
Warini, perempuan penjual dimsum asal Cikampek, Jawa Barat, misalnya, selama pandemi, penjualan dimsum Warini melalui aplikasi pesan WhatsApp dan media sosial Facebook tersendat dan hampir tak terjual.
Namun dengan menjadikan produknya frozen dan lebih awet, pesanan justru lambat laun mulai banyak. Suntikan BPUM pada usahanya menjadi faktor lain yang mendorongnya makin bersemangat membangkitkan usaha.
"Dengan bantuan dari program BPUM ini, saya bisa membeli gerobak untuk melanjutkan usaha dimsum," ungkap Warini.
Tak mau kalah, M Yusuf yang selama ini menjadi penjual aneka kue di Palembang, Sumsel, tetap optimistis untuk berjualan. Baginya ikhtiar dan usaha adalah tugasnya selanjutnya rezeki adalah urusan Tuhan. Maka ia pun tak ingin menyerah meski pandemi telah demikian keras menghantam usahanya.
Beruntung ia pun menjadi penerima BPUM yang dengan itu menjadi suntikan modal yang amat berarti bagi usaha kecilnya agar tetap laju.
Yusuf menyampaikan, melalui BPUM, usahanya yang bisa menghasilkan omzet Rp800.000 per hari bisa kembali berjalan.
Baik Yusuf, Warini, maupun Inda hanya sederet dari orang yang beruntung bisa terpilih dalam program BPUM.
Mereka faktanya menjadi cermin wajah arus ekonomi yang meskipun berada pada level terbawah justru menjadi penumpu yang nyata agar ekonomi tetap bergerak.
Ketiganya berharap program seperti ini bisa terus dilanjutkan pemerintah sehingga kegiatan usaha masyarakat bisa berjalan dan memulihkan perekonomian Indonesia yang diterjang pandemi.
Bahaya pandemi menyebabkan Indonesia menghadapi tantangan yang tak bisa dipandang sebelah mata dan perlu diantisipasi selain dampak kesehatan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi sekarang ini, yaitu bertambahnya angka kemiskinan.
Dalam skenario sangat berat, kemiskinan diprediksi akan bertambah 4,86 juta orang sebagaimana data Kemenkeu, 2020. Berikut pula angka pengangguran yang diperkirakan bertambah 9,77 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 7,07 persen sesuai data BPS pada 2020.
Baca juga: Menko Airlangga: Serapan Banpres Produktif Usaha Mikro 91,94 persen
Bantuan Produktif
Pemerintah tak boleh diam saja untuk memastikan arus ekonomi tetap berjalan. Maka berbagai program bantuan tak melulu bantuan sosial namun juga bantuan produktif pun harus dikucurkan.
Melalui kebijakan tersebut meskipun misalnya ada kebijakan pengetatan di bidang kesehatan, maka arus ekonomi bisa tetap bergerak meski tak sebagaimana biasanya.
Maka harus disyukuri ketika pada 2020 Program BPUM hingga akhir tahun mencapai 100 persen. Bantuan yang disalurkan kepada 12 juta pelaku usaha mikro di masa pandemi COVID-19 memang diharapkan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan tetap mampu membangun optimisme mereka agar tak menyerah dalam berusaha.
Faktanya memang sebagian di antara para penerima bantuan bahkan berhasil bertahan hidup dengan menjalankan kembali kegiatan usaha.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan UMKM dan kewirausahaan tetap menjadi kunci pemulihan ekonomi nasional selama mampu beradaptasi dan bertransformasi. Hal ini karena proporsi UMKM yang mendominasi populasi pelaku usaha di Indonesia hingga 99 persen.
Saat ini pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM mengembangkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) telah memberikan stimulus sebesar Rp123,46 triliun kepada koperasi dan UMKM agar tetap dapat bertahan di tengah pandemi COVID-19.
“Banpres produktif untuk usaha mikro juga telah diluncurkan dengan sasaran kepada 12 juta pelaku usaha mikro berupa hibah modal kerja sebesar Rp2,4 juta per orang telah tersalurkan 100 persen serta KUR Super Mikro untuk plafon di bawah Rp10 Juta dengan bunga 0 persen,” kata Teten.
Salah satu prioritas KemenkopUKM adalah mendorong inovasi, digitalisasi, dan kepastian badan hukum bagi pelaku UMKM melalui penguatan kelembagaan agar berperan lebih strategis dalam perekonomian nasional, sehingga dapat lebih mudah dalam mengakses pembiayaan. Aspek pembiayaan dititikberatkan karena sesuai data BI, 2019 hanya sekitar 20 persen UMKM yang telah terkoneksi pembiayaan formal.
Teten menegaskan upaya KemenkopUKM dalam mendorong digitalisasi koperasi dan UMKM melalui peningkatan kapasitas SDM, perbaikan proses bisnis, dan perluasan akses pasar.
Sementara dari sisi perkuatan modal, pemerintah merancang BPUM sebagai program bantuan bagi para pelaku usaha mikro.
Desain BPUM bukan dalam bentuk pinjaman karena pemerintah menyadari krisis yang dipicu oleh pandemi COVID-19 telah memukul dunia usaha, tak terkecuali para pelaku usaha mikro.
Senada disampaikan Tenaga Ahli Utama Kedeputian III KSP Edy Priyono yang menyebut bahwa bantuan diharapkan dapat membantu mereka untuk tetap bertahan di masa sulit ini. “Bahkan kalau perlu bisa berkembang menjadi lebih baik,” ujarnya.
Menurut Edy, BPUM memang belum bisa menjangkau seluruh pelaku usaha mikro yang berjumlah sekitar 60 juta.
Namun BPUM bukan satu-satunya skema bantuan untuk UMKM dalam Program PEN. Dalam jangka panjang usaha mikro perlu didorong untuk mengembangkan pasarnya, khususnya melalui pemanfaatan platform digital.
“Platform digital di masa pandemi ternyata menjadi salah satu solusi dan juga berdampak positif dalam jangka panjang,” katanya.
Dengan begitu optimisme di wajah mereka yang membangun arus ekonomi di level terbawah akan tetap terjaga baik. Sebab mereka adalah tulang punggung ekonomi rakyat yang sesungguhnya.
Baca juga: Menkop UKM: UMKM harus bertransformasi ke digitalisasi produksiBaca juga: Teten sebut penerapan SNI tingkatkan daya saing produk UMKM
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021