Produk kedelai lokal dinilai lebih sehat dibandingkan dengan kedelai yang berasal dari impor karena yang ditanam petani lokal menggunakan cara organik dan bukan rekayasa genetik.krisis ekonomi membuat orang lebih mempertimbangkan harga dari pada keamanan pangan
Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet dalam rilis di Jakarta, Kamis, menyatakan sudah terbukti kedelai lokal lebih sehat karena bukan barang yang diproduksi dari hasil rekayasa genetik atau GMO (Genetically Modified Organism) seperti kedelai impor.
Menurut Slamet, kedelai impor menjadi produk dengan kualitas dan harga yang rendah karena sudah direkayasa secara genetik sehingga produksinya bisa cepat.
"GMO menjadi pangan yang kontroversial sejak awal penemuannya. Tapi sekarang hal itu sudah menjadi hal yang dilupakan orang karena krisis ekonomi membuat orang lebih mempertimbangkan harga dari pada keamanan pangan," ucapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kedelai impor dari Amerika Serikat yang biasa dijadikan bahan baku pembuatan tempe dan tahu mengalami lonjakan harga yang sangat signifikan, dari harga asal Rp 7.200/kg menjadi Rp 9.200/kg.
Slamet berpendapat kenaikan harga ini sebenarnya sudah menjadi hal yang sering diingatkan ketika pemerintah lebih banyak mengimpor produk pangan ketimbang memberdayakan petani dalam negeri.
Untuk itu, ujar politisi dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera itu, setelah situasi ini, pihaknya berharap Kementan segera membenahi industri pertanian kedelai lokal agar kualitas dan harganya bisa mendekati harga dan kualitas kedelai impor.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya akan melipatgandakan produksi kedelai dalam negeri dalam waktu setidaknya 200 hari, atau dua kali masa tanam.
Mentan mengatakan upaya tersebut merupakan solusi mengatasi lonjakan harga kedelai di pasar global, di mana Indonesia masih bergantung importasi pada komoditas tersebut sebagai bahan baku tahu dan tempe.
Baca juga: Perajin tahu-tempe berharap ada pasokan kedelai lokal
Baca juga: Keterlambatan distribusi sebabkan pasokan kedelai turun di pasar
Baca juga: Polri akan proses hukum importir yang timbun kedelai
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021