Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengingatkan masyarakat agar jangan berprasangka berlebihan atas pembebasan terpidana terorisme Abu Bakar Ba'asyir pada Jumat ini.Pemerintah cukup menyampaikan bahwa pembebasan Abu Bakar Ba'asyir bukanlah sebuah keputusan politik.
"Mengenai dampak, sedikit banyak tentu ada. Bagaimanapun nama beliau selama ini lekat dengan kasus-kasus dan jaringan terorisme. Tentu kebebasannya berpotensi memunculkan kekhawatiran dan prasangka. Namun, saya kira hal itu tak perlu direspons berlebihan," kata Fahmi di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pemerintah cukup menyampaikan bahwa pembebasan Abu Bakar Ba'asyir bukanlah sebuah keputusan politik.
"Pemerintah juga memastikan bahwa meski telah bebas, tetap akan memantau dan melakukan pembinaan sebagaimana terhadap para mantan napi lainnya," ujarnya.
Baca juga: Jelang kedatangan Ba'asyir, aparat patroli yustisi di Ponpes Ngruki
Pembebasan Ba'asyir, kata dia, harus dipahami bahwa statusnya adalah bebas murni. Artinya, ini adalah hak yang bersangkutan yang harus diberikan setelah tuntas menjalani hukuman.
Terkait dengan pengaruh Ba'asyir terhadap jaringan terorisme, salah satunya Jamaah Islamiyah, menurut dia, memang masih ada pengaruhnya. Namun, tidak sekuat dahulu.
"Bagaimanapun beliau (Ba'asyir) sudah lanjut usia dan kondisi kesehatannya sudah sangat menurun. Tentu ini akan sangat berpengaruh pada aktivitas kesehariannya setelah bebas," katanya.
Di sisi lain, lanjut Fahmi, konstelasi kelompok radikal maupun jaringan-jaringan kekerasan ekstrem sudah banyak mengalami perubahan, baik karena upaya penindakan maupun karena munculnya tokoh-tokoh baru yang bisa saja berbeda afiliasinya.
Namun, lanjut dia, hal ini bukan berarti kewaspadaan harus dikendorkan. Apalagi, bebasnya Ba'asyir ini kebetulan masih berdekatan waktunya dengan penahanan Habib Rizieq Shihab (HRS), pembubaran FPI, dan indikasi kembali aktifnya sel-sel Jamaah Islamiyah.
Baca juga: Ba'asyir bebas, tak tampak simpatisan di Lapas Gunung Sindur
"Terkait dengan hal ini saya kira posisi beliau tidak lebih sebagai simbol pengisi kekosongan saja. Bagaimanapun kondisi Ba'asyir juga sudah uzur sehingga saya meragukan bisa lebih dari itu," paparnya.
Terlebih pihak kepolisian dan BNPT beberapa waktu lalu sudah mengungkapkan indikasi aktifnya simpul-simpul Jamaah Islamiyah, bahkan tanpa kehadiran Ba'asyir.
"Soal apakah karena faktor Ba'asyir bebas kemudian mereka akan makin aktif? Saya kira itu masih sangat spekulatif," kata Khairul Fahmi.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021