Syarif Rapik Yusop Al Idrus suami dari Panca Widya Nursanti (korban) yang merupakan guru SMK Negeri 3 Pontianak yang ikut menjadi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182, mendatangi posko Crisis Center Bandara Internasional Supadio Pontianak.
"Kami keluarga telah memastikan memang istri saya itu ikut dalam penerbangan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 type : B737-500 rute Jakarta-Pontianak. Untuk itu hari ini saya datang ke posko selain untuk mengetahui informasi lebih lanjut juga untuk melakukan pemerikasaan data Antem Mortem dan pengambilan sempel DNA yang dilakukan oleh petugas DVI Biddokes Polda Kalbar," kata Rapik di Pontianak, Minggu.
Baca juga: Lanal Banten dirikan posko SAR kecelakaan Sriwijaya Air
Kedatangan Rapik tersebut guna mencari info lebih lanjut, terkait kondisi terkini evakuasi dan pencarian keberadaan pesawat Sriwijaya Air tersebut.
Terhadap kejadian itu, Rapik mengakui dirinya mendapat informasi dari media bahwa bagian-bagian pesawat dan potongan-potongan daging korban sudah didapatkan oleh pihak tim pencari dan telah diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Baca juga: Hoaks, foto bayi selamat dari kecelakaan Sriwijaya Air
"Kedatangan saya untuk mendapat informasi lebih jelas tentang bagaimana hasil pencarian tim gabungan Basarnas. Dan nanti untuk pemeriksaan DNA karena yang ikut istri maka anak saya yang akan melakukan pemeriksaan DNA tersebut," katanya.
Rapik juga mengaku sebelum kehilangan kontak ia terakhir dapat menghubungi istrinya pada pukul 14.45 WIB saat hendak naik pesawat naas tersebut.
Baca juga: PMI beri dukungan psikososial keluarga korban kecelakaan Sriwijaya
"Saat itu istri saya bilang saat itu cuaca sedang buruk dan memohon kapada saya untuk berdoa banyak-banyak bershalawat. Istri saya ini pulang kampung ke Tegal dan pulang ke Pontianak menggunakan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tersebut," katanya.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 mil laut di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat tinggal landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifes penerbangan, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Pewarta: Andilala dan Slamet Ardiansyah
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021