Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan sistem peringatan dini itu memadukan antara seismograf yang mendeteksi gerakan tanah dengan alat pengukur tingkat intensitas hujan.
"Jika curah hujan sangat tinggi melebihi ambang batas (ekstrem), BMKG Bandung akan memberikan informasi ke pihak Basarnas atau pun BPBD Sumedang untuk waspada dan siaga," kata Rahayu, Rabu.
Begitu juga ketika ada getaran yang terus menerus dan signifikan, maka pihaknya akan memberikan peringatan (warning) terkait hal tersebut ke pihak berwenang di lokasi kejadian," tambahnya.
Baca juga: Tim SAR temukan lima korban, 21 orang meninggal dalam longsor Sumedang
Baca juga: BPBD Sumedang dirikan tenda pengungsian warga terdampak longsor
Dalam pemasangan alat tersebut, BMKG telah menurunkan tiga personel ke lokasi longsor yang telah menelan belasan korban jiwa itu.
Adapun selain memasang sistem peringatan dini, Rahayu mengatakan BMKG juga turut menyalurkan bantuan dana sosial kepada masyarakat yang terdampak longsor tersebut.
"Pemantauan ini dilakukan sekaligus dengan pemasangan TDS, serta penakar hujan manual di lokasi longsor. Selain itu, juga dilakukan penyaluran dana sosial dari pegawai Stasiun Geofisika Bandung," kata dia.
Sejauh ini, Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) gabungan memang cukup mengalami kesulitan ketika melakukan pencarian korban.
Pasalnya selain medan tanah longsoran yang tidak mudah, cuaca hujan juga dapat berpotensi menimbulkan longsor susulan.
"Karena memang kondisi kontur tanah seperti bubur sehingga menyulitkan evakuasi, kita harus hati-hati," kata Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah di lokasi longsor.*
Baca juga: Tim SAR evakuasi satu korban, 17 orang tewas dalam longsor Sumedang
Baca juga: Hari keempat, Tim SAR cari 24 orang hilang dalam longsor Sumedang
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021