Varian yang dikenal sebagai B.1.1.7 itu diyakini dua kali lebih menular dari versi virus saat ini yang beredar di AS. Sejauh ini, 76 orang dari 10 negara bagian AS terinfeksi virus varian COVID-19 Inggris.
Penyebarannya yang cepat dapat menambah beban sumber daya kesehatan pada saat infeksi melonjak, semakin melemahkan sumber daya kesehatan yang kewalahan. Keadaan itu sekaligus meningkatkan kepentingan semua pihak untuk mematuhi strategi mitigasi dengan lebih baik, seperti penjagaan jarak fisik dan penggunaan masker, demikian laporan mingguan CDC mengenai penyakit dan korban meninggal.
Varian yang mudah sekali menular itu juga meningkatkan persentase populasi yang harus divaksin agar dapat mencapai kekebalan kelompok pelindung guna mengendalikan pandemi, kata CDC.
"Tingginya penularan varian B.1.1.7 memaksa implementasi strategi kesehatan publik yang teliti untuk mengurangi penularan sekaligus mengurangi potensi dampak B.1.1.7, memakan waktu kritis untuk meningkatkan cakupan vaksinasi," tulis pejabat kesehatan AS.
Varian itu, yang meliputi sejumlah perubahan genetik, membuat virus lebih dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Perubahan itu tidak diyakini bisa menyebabkan penyakit lebih parah, tetapi tingkat transmisi yang lebih tinggi akan berarti lebih banyak kasus dan lebih banyak kematian, menurut CDC.
Sumber: Reuters
Baca juga: COVID-19 jenis baru di Florida serang pasien tanpa riwayat perjalanan
Baca juga: Pemerintahan Trump dituding lakukan penipuan dalam penyediaan vaksin
Menkes ungkap strategi pelacakan varian virus baru COVID-19 di Indonesia
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021