"Kami berharap organisasi kemanusiaan dapat berkolaborasi dengan pos komando sehingga penanganan darurat di lapangan dapat terpadu dan efektif," kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Lilik mengatakan terdapat tiga hal terkait dengan sinergi dengan para relawan dari berbagai organisasi, yaitu penjelasan mengenai desk relawan, penggunaan aplikasi InaRISK untuk survei bangunan terdampak, dan laporan setiap perwakilan organisasi.
Baca juga: Tanah longsor tutup akses poros Majene-Mamuju
Menurut Lilik, relawan merupakan kekuatan yang sangat penting dalam penanganan darurat yang berdampak seperti di Kabupaten Mamuju maupun Kabupaten Majene. Organisasi relawan memiliki sumber daya yang dapat mengatasi kesenjangan maupun melengkapi kebutuhan di lapangan seperti evakuasi dan pencarian, transportasi logistik, maupun pendampingan warga.
"Kami berharap pertemuan antarrelawan dilakukan secara harian setiap hari pukul 16.00," kata Lilik dalam pertemuan koordinasi.
Pada Minggu (17/1) pagi dilakukan taklimat relawan yang dipimpin Lilik dihadiri perwakilan dari 27 organisasi kemanusiaan. Dalam penanganan dampak gempa Sulawesi Barat, tercatat 575 relawan yang terlibat dari berbagai organisasi.
Berdasarkan data per 17 Januari 2021 pukul 20.00 WIB, Data Pusat Pengendali Operasi BNPB yang dimutakhirkan pada Minggu (17/1) pukul 20.00 WIB melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Sulawesi Barat menjadi 81 orang, dengan rincian 70 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majane.
Baca juga: BNPB: 19.435 orang mengungsi akibat gempa Sulawesi Barat
Baca juga: BNPB salurkan bantuan gempa Sulawesi Barat gunakan helikopter
Baca juga: BMKG: Evakuasi ke tempat aman, bukan eksodus pascagempa Majene Sulbar
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021