Dua hari sebelumnya, DRAP juga mengeluarkan izin untuk vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dan Oxford University.
Kementerian Kesehatan Pakistan mengatakan masih berupaya membeli vaksin dari perusahaan farmasi lainnya.
"Dua vaksin COVID-19 telah mendapatkan izin EUA dengan ketentuan tertentu," kata juru bicara DRAP. Ia menambahkan bahwa dua vaksin itu telah dievaluasi keselamatan penggunaan dan kualitasnya.
DRAP menjelaskan pihaknya akan terus mengevaluasi penggunaan vaksin secara berkala, yaitu tiap empat bulan, demi memperoleh data lebih lengkap mengenai aspek keselamatan, kemanjuran, dan kualitas vaksin, kata juru bicara DRAP.
Menteri Kesehatan Pakistan Faisal Sultan mengatakan sepanjang akhir minggu lalu pihaknya telah membangun komunikasi dengan beberapa pembuat vaksin COVID-19.
Ia menambahkan Pakistan kemungkinan akan membeli "sekitar puluhan juta" dosis vaksin COVID-19 karena ada kesepakatan pembelian dengan CanSino Biologics Inc.
Vaksin COVID-19 buatan CanSino, Ad5-nCoV, telah mendekati ujung tahapan uji klinis tahap III di Pakistan. Hasil evaluasi sementara untuk Ad5-nCoV kemungkinan akan keluar pada pertengahan Februari 2021, kata Sultan.
Namun, Pakistan belum mengumumkan rencana pembelian vaksin tersebut.
Sultan lanjut menjelaskan vaksin kemungkinan akan diberikan gratis untuk warga Pakistan. Namun, perusahaan swasta akan diperbolehkan mengimpor dan menjual vaksin saat barangnya tersedia.
Otoritas setempat, Senin, melaporkan ada 1.920 kasus positif baru dan tambahan 46 korban jiwa sehingga jumlah keseluruhan pasien positif COVID-19 melampaui angka 521.212 dan hampir 11.000 di antaranya meninggal dunia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pakistan akan beli 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan Sinopharm
Baca juga: India bersiap jalankan proses "vaksinasi terbesar dunia"
Vaksin Sinovac turunkan infeksi COVID-19 hingga 65,3 persen
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021