Pantauan Antara, tiga ambulans digunakan, salah satunya dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah Peduli Bencana Sulbar.
"Korbannya ada tiga orang, dua dewasa dan satu anak kecil," kata tim PSC Sulteng dr Ikbal di sela evakuasi pasien.
Baca juga: Kemensos cari data ahli waris korban gempa, beri santunan Rp15 juta
Baca juga: Pemprov Sulsel akan pulangkan pengungsi Sulbar ke Jawa
Para pasien itu merupakan korban reruntuhan rumah saat gempa terjadi pada Jumat (15/1) dini hari. Namun, mereka baru dirujuk ke rumah sakit pada Rabu (20/1).
Para korban yang dirujuk ke RS adalah Sahril (40) warga dusun Pempioang, Desa Tampalang dan Nurliati (35) dan anaknya Syahgani (6) warga Desa Orobatu.
"Hampir semua warga mengungsi karena rumahnya rusak," kata salah seorang warga, Aswin.
Aswin menyatakan para pengungsi di Desa Takandean, Kecamatan Tapalang tergabung dari beberapa desa tetangga, di antaranya warga Kelurahan Galung, Kelurahan Dayangina, Desa Tampalang, Desa Orobatu, dan warga Takandeang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan status penanganan bencana gempa bumi dengan magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat sebagai tanggap darurat.
Baca juga: BNPB: Potensi gempa berskala besar Sulbar sudah diingatkan pada 2019
Baca juga: Dua helikopter bantu distribusi bantuan di lokasi terisolir Sulbar
Penetapan status tanggap darurat itu dilakukan Gubernur Sulawesi Barat HM Ali Baal Masdar melalui surat Nomor 001/Darurat-SB/I/2021, sejak 15 Januari 2021 sampai 28 Januari 2021.
Pewarta: Fauzi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021