"Sekarang harga naik, tetapi barang ada terus. Kami siapkan stok sesuai kebutuhan dan itu bidang kita untuk impor dengan transportasi dalam negeri," kata Ketua Akindo, Yusan, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IV DPR secara virtual, Rabu.
Yusan menjelaskan bahwa saat ini harga kedelai memang mengalami kenaikan, mengikuti harga di pasar internasional. Harga kedelai saat ini mencapai 13-14 dolar AS per bushel (per gantang) dan menjadi harga tertinggi, jika dibandingkan sebelumnya yang berkisar 9 dolar AS per bushel pada Mei 2020.
Kenaikan harga kedelai ini disebabkan selain karena situasi ekonomi dunia yang melemah akibat pandemi COVID-19, juga karena faktor cuaca fenomena La Nina yang menghantam wilayah Afrika dan Amerika Latin, terutama Brazil sebagai produsen kedelai AS.
Baca juga: Ekonom proyeksi ekonomi triwulan I-2021 kontraksi akibat PPKM
Baca juga: Saatnya mengembalikan swasembada kedelai
Gangguan cuaca basah La Nina ini menyebabkan produksi kedelai di Brazil menjadi terbatas. Selain itu, China yang juga menjadi negara importir terbesar kedelai, meningkatkan jumlah importasinya untuk pakan ternak babi.
"Pembeli terbesar China dan dialihkan impor dari AS, namun tidak mencukupi. Ini yang mengganggu stok di AS, akibatnya stok berkurang dan harga kalau kita lihat sekarang menjadi 13 US Dollar per bushel," kata Yusan.
Ia menambahkan biaya pengangkutan juga menjadi andil dalam kenaikan harga kedelai karena terjadi ketidakseimbangan persediaan kontainer sehingga menyebabkan logistik terganggu.
Oleh karenanya, Importir kedelai juga mengimbau agar para pengrajin tahu dan tempe dapat menyesuaikan dengan harga kedelai internasional, mengingat fluktuasi harga komoditas tersebut disampaikan secara transparan.
"Sebenarnya pengrajin bisa menyesuaikan harga internasional karena tahu persis harga jual kedelai tidak ada. Harga dapat dihitung secara transparan dari angkutan sampai ke dalam negeri," kata dia.*
Baca juga: Sempat mogok, pedagang tempe di Palembang berjualan kembali
Baca juga: Kedelai Batan lebih tinggi protein-rendah lemak daripada kedelai impor
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021