"Air begitu cepat naiknya pada Kamis (14/1) malam, ketika kami sedang tidur. Padahal waktu sehari sebelumnya air belum naik sampai ke rumah," kata Rumidah (33), Rabu.
Cepatnya air naik hingga setinggi dada alhasil tak ada barang di rumah yang bisa diselamatkan. Rumidah pun mengaku hanya bisa pasrah meninggalkan rumahnya di Desa Tambak Baru Ulu, Kecamatan Martapura untuk mengungsi.
"Seumur hidup saya tinggal di Desa Tambak Baru Ulu, tidak pernah terjadi banjir sampai masuk rumah. Dulu pernah tahun 2006 air pasang, namun tidak sampai setinggi ini dan masih bisa bertahan di rumah kala itu," tuturnya.
Baca juga: Hari keempat banjir di Banjarmasin tinggi air belum surut
Baca juga: Banjir di Kalsel mendapat atensi besar dari pemerintah pusat
Kini Rumidah hanya berharap ada uluran bantuan untuk menyambung hidup setelah banjir karena sang suami Muhammad Arsad (35) yang hanya buruh bangunan tak bisa bekerja untuk sementara waktu.
Senada disampaikan Asbullah, korban banjir lainnya. Warga yang tinggal di Kampung Melayu Ilir, Kecamatan Martapura Timur, ini mengaku rumahnya diterjang banjir begitu cepat hingga ketinggian satu meter lebih.
"Sejak hari Rabu (13/1), terjadi hujan deras tanpa henti sampai Kamis yang membuat air terus meninggi. Kami pun dievakuasi karena tak mungkin lagi bertahan di rumah," katanya.
Bersama sang istri Maria Ulfah dan anak perempuan berusia 1 tahun, pedagang es krim keliling ini pun berharap ada bantuan untuk menyongsong kehidupan pascabanjir karena harta benda di rumah semua rusak tak terselamatkan.*
Baca juga: PMI Kaltim kirim tim dan bantu logistik untuk korban banjir Kalsel
Baca juga: PMI distribusikan 250 liter air bersih per hari ke Kalsel dan Sulbar
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021