Ekspor Jepang pada tahun 2020 turun 11,1 persen dari tahun sebelumnya, menandai penurunan terbesar dalam 11 tahun karena pandemi COVID-19 menurunkan permintaan terhadap produk negara itu, terutama mobil, kata pemerintah dalam sebuah laporan Kamis.
Menurut Kementerian Keuangan, ekspor selama periode pencatatan mencapai 68,41 triliun yen (662 miliar dolar AS), level terendah sejak tahun 2012 yang tercatat 63,75 triliun yen.
Penurunan tahunan ini tercatat yang paling tajam sejak penurunan 33,1 persen pada tahun 2009 akibat krisis keuangan global, demikian angka-angka pendahuluan kementerian.
Ekspor utama Jepang meliputi mobil dan suku cadang terkait masing-masing merosot 20,0 persen dan 19,1 persen di banding tahun 2019, menurut data kementerian.
Baca juga: Saham Tokyo ditutup untung, naik ke tertinggi dalam 30 tahun
Impor keseluruhan turun 13,8 persen menjadi 67,73 triliun yen, karena jatuhnya harga minyak mentah di antara sumber daya energi lainnya, dan angka tersebut adalah yang terendah sejak tahun 2016 dengan nilai 66,04 triliun yen.
Surplus perdagangan barang Jepang untuk tahun 2020 mencapai 674,73 miliar yen, kata kementerian itu.
Dengan Amerika Serikat, surplus perdagangan barang Jepang pada 2020 turun 21,6 persen menjadi 5,19 triliun yen.
Ekspor ke Amerika Serikat jatuh 17,3 persen menjadi 12,61 triliun yen dengan ekspor mobil turun 19,2 persen.
Impor dari negara ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat, sementara itu, turun 4,0 persen menjadi 7,43 triliun yen, kata kementerian.
Baca juga: Permintaan rendah, Nissan pangkas shift pabrik mobil di Jepang
Ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, naik 2,7 persen menjadi 15,08 triliun yen, sementara impor turun 5,3 persen menjadi 17,48 triliun yen, menyebabkan defisit perdagangan 2,39 triliun yen, kata kementerian .
Defisit perdagangan Jepang dengan Uni Eropa turun 1,5 persen menjadi 1,33 triliun yen, dengan ekspor turun 14,6 persen menjadi 6,46 triliun yen, sementara impor turun 12,6 persen menjadi 7,79 triliun yen.
Namun, pada Desember 2020, ekspor ke Uni Eropa meningkat untuk pertama kalinya (yoy) dalam 25 bulan, meningkat 2,0 persen dari tahun sebelumnya menjadi 6,71 triliun yen, data kementerian menunjukkan.
Sementara itu impor pada Desember 2020 turun 11,6 persen menjadi 5,96 triliun yen, turun selama 20 bulan berturut-turut dan menyebabkan surplus perdagangan barang sebesar 751,01 miliar yen, mencatat surplus enam bulan berturut-turut, kata kementerian itu. (1 dolar AS = 103,41 yen).
Baca juga: Dongkrak ekspor, "dashboard" ekonomi Indonesia-Jepang diluncurkan
Pewarta: Biqwanto Situmorang
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021