PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), meluncurkan Proyek Locomotive-8 untuk menjaga level produksi minyak dan gas bumi dari Wilayah Kerja Mahakam, Kalimantan Timur di tengah laju penurunan alamiah (natural decline) karena lapangan yang sudah mature.Proyek Locomotive-8 adalah program terintegrasi dalam mengoptimalkan biaya, yaitu low operation cost pada semua aktivitas berbasis inovasi dan sinergi agar dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksi
“Proyek Locomotive-8 adalah program terintegrasi dalam mengoptimalkan biaya, yaitu low operation cost pada semua aktivitas berbasis inovasi dan sinergi agar dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksi,” ujar General Manager PHM Agus Amperianto dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Agus mengatakan PHM beroperasi di lapangan migas mature (tua) dengan daerah operasi yang sangat luas dan kompleks, baik di daerah swamp dan offshore. Belum lagi masalah penurunan produksi secara alamiah dan semakin terbatasnya sumber daya dan cadangan hidrokarbon, di sisi lain terjadi peningkatan kompleksitas operasional lapangan.
Kondisi ini membutuhkan banyak pemeliharaan peralatan dan dukungan marine/logistic yang memadai sehingga biaya operasi cenderung meningkat.
“Dengan cara ini PHM akan bisa men-drain semua cadangan hidrokarbon yang tidak ekonomis,” ujarnya.
Proyek Locomotive-8 tahun ini fokus pada sinergi operasi dan inovasi teknologi hampir di seluruh bidang pekerjaan.
Menurut Agus, upaya optimasi biaya adalah sebuah revolusi bagi PHM untuk tetap menjaga keberlangsungan dan kualitas operasi dan mempertahankan kemampuan berinvestasi dalam jangka panjang.
Dalam rencana kerja dan anggaran (WP&B) 2021, PHM memproyeksikan program kerja agresif, yaitu mengebor 73 sumur pengembangan baik dari rencana Plan of Development (PoD) yang masih berjalan maupun dari rencana PoD baru Operasi Pengembangan Lapangan-Lapangan (OPLL) 2A.
PHM juga akan mengerjakan lebih dari 4.000 pekerjaan well service & workover.
“Kami juga akan melanjutkan program optimasi produksi dari sumur yang sudah ada dengan SIBU (Shut in Build Up) dan optimasi fasilitas produksi,” katanya.
PHM memproyeksikan produksi dalam WP&B 2021 sebanyak 485 MMSCFD gas serta minyak dan kondensat 22 Kblpd. Produksi minyak berasal dari dua lapangan, yaitu Bekapai dan Handil. Sedangkan gas berasal dari lapangan-lapangan yang menghasilkan gas yakni Tunu, Peciko, Sisi Nubi, dan South Mahakam.
Untuk mencapai target tersebut, PHM mengalokasikan belanja modal (capital expenditures/capex) tahun ini sebesar 269 juta dolar AS, naik dibandingkan realisasi capex 2020 yang tercatat 171 juta dolar AS. Sedangkan belanja operasi (operating expenditures/opex) sebesar 884 juta dolar, naik dibandingkan realisasi 2020 sebesar 738 juta dolar AS.
Agus optimistis WK Mahakam masih memiliki cadangan dan sumber daya yang signifikan untuk berproduksi sampai akhir masa kontrak. Namun, sebagai mature asset yang sudah berproduksi hampir setengah abad, dibutuhkan effort lebih besar dalam mengembangkan dan memproduksi cadangan dan sumber daya tersebut dan keekonomiannya juga marginal.
“Tantangan eksternal paling besar saat ini adalah outlook harga migas yang masih relatif rendah dan kondisi pertumbuhan ekonomi setelah pandemi COVID-19, dan tantangan eksternal yang berikutnya terkait dengan peraturan dan proses perizinan yang lebih ketat,” ujarnya.
Baca juga: Bor hingga 79 sumur, PT PHM lampaui target produksi
Baca juga: Lakukan inovasi saat pandemi, PHM catat kinerja positif sepanjang 2020
Baca juga: Tantangan migas kian berat, GM PHM: Kami harus optimistis
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021